Yang dikatakan berkah itu soal diri bukan soal uang atau alat. Karena kalau diri kita diberkahi, alat yang didatangkan pun akan jadi berkah. Berkah itu bukan perkara banyak atau sedikit alat yang kita dapatkan atau terima. Berkah itu juga bukan semata-mata persoalan halal dan haram. Hakikatnya, tidak ada alat yang berkah, yang ada adalah berkah itu tergantung siapa yang memegang alat. Kalau alat yang didapatkan atau diterima tidak berkah, namun orang yang memegangnya atau menerimanya diberkahi maka alat itu pun bisa berubah menjadi berkah. Alat itu mengikuti pemiliknya. Tanda alat yang berkah itu adalah jika dimiliki ia menjadikan suatu kebaikan bagi pemiliknya. Alat itu menjadi manfaat bagi orang lain.
Tinggal pertanyaannya adalah, siapa yang menjadi tuan dan siapa hamba? Kita atau alat? Jika yang jadi tuan adalah alat, tidak akan akan ada keberkahan di alat yang dimiliknya, berapapun besarnya dan berapapun sedikitnya. Karena harta itu mengikuti pemiliknya (pemegangnya).
Maka jadikanlah alat yang kita miliki itu menjadi hamba. Jadikan ia sebagai sarana untuk kita dalam menjalani hidup di kehidupan ini. Jangan kita menghamba kepada alat/harta. Setiap orang pasti membutuhkan alat, tapi jangan lantas ia yang mengendalikan hidup kita. Kitalah yang harus mengendalikan harta.
Apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan berkah?
Pertama yang musti dilakukan adalah carilah berkah, bukan cari alat. Kalau obah" niatnya cari berkah bukan cari alat. Karena setiap yang diberkahi pasti mendatangkan alat, namun setiap alat yang didapatkan belum tentu diberkahi. Jika niatnya mencari berkah, pasti obahe awak nang njobo omah tentu tidak lepas dari rel keberkahan. Alat yang kita dapatkan musti dinaikkan jadi berkah. Jika berkah dapat, alat pasti juga dapat. Datangnya Berkah itu akan mendatangkan Hidayah, dan datangnya hidayah akan mendatangkan dengan Safaat, dan datangnya safaat akan mendatangkan dengan Rahmat.
1 komentar:
Risalah Al Banaran
Minggu, 9 Juli 2017
TENTANG BERKAH
Yang dikatakan berkah itu soal diri bukan soal uang atau alat. Karena kalau diri kita diberkahi, alat yang didatangkan pun akan jadi berkah. Berkah itu bukan perkara banyak atau sedikit alat yang kita dapatkan atau terima.
Berkah itu juga bukan semata-mata persoalan halal dan haram.
Hakikatnya, tidak ada alat yang berkah, yang ada adalah berkah itu tergantung siapa yang memegang alat. Kalau alat yang didapatkan atau diterima tidak berkah, namun orang yang memegangnya atau menerimanya diberkahi maka alat itu pun bisa berubah menjadi berkah.
Alat itu mengikuti pemiliknya.
Tanda alat yang berkah itu adalah jika dimiliki ia menjadikan suatu kebaikan bagi pemiliknya. Alat itu menjadi manfaat bagi orang lain.
Tinggal pertanyaannya adalah, siapa yang menjadi tuan dan siapa hamba? Kita atau alat?
Jika yang jadi tuan adalah alat, tidak akan akan ada keberkahan di alat yang dimiliknya, berapapun besarnya dan berapapun sedikitnya. Karena harta itu mengikuti pemiliknya (pemegangnya).
Maka jadikanlah alat yang kita miliki itu menjadi hamba. Jadikan ia sebagai sarana untuk kita dalam menjalani hidup di kehidupan ini. Jangan kita menghamba kepada alat/harta. Setiap orang pasti membutuhkan alat, tapi jangan lantas ia yang mengendalikan hidup kita. Kitalah yang harus mengendalikan harta.
Apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan berkah?
Pertama yang musti dilakukan adalah carilah berkah, bukan cari alat. Kalau obah" niatnya cari berkah bukan cari alat. Karena setiap yang diberkahi pasti mendatangkan alat, namun setiap alat yang didapatkan belum tentu diberkahi.
Jika niatnya mencari berkah, pasti obahe awak nang njobo omah tentu tidak lepas dari rel keberkahan.
Alat yang kita dapatkan musti dinaikkan jadi berkah. Jika berkah dapat, alat pasti juga dapat.
Datangnya Berkah itu akan mendatangkan Hidayah, dan datangnya hidayah akan mendatangkan dengan Safaat, dan datangnya safaat akan mendatangkan dengan Rahmat.
Berkah ~> hidayah ~> safaat ~> Rahmat. ⭐��
Posting Komentar