Kamis, 05 Januari 2017

Tempat Kembali Manusia

Manusia bisa dilihat dari dua sudut pandang; wujud lahiriah dan wujud rohani.

Dari segi wujud lahiriah pada umumnya manusia adalah mirip antara satu dengan lainnya. Sedangkan dari segi wujud rohani yang tersembunyi di balik wujud lahiriah, setiap manusia adalah berbeda. 

Manusia bisa kembali kepada asalnya dengan mengikuti peraturan umum, dengan langkah-langkah tertentu. Dia harus mematuhi peraturan agama yang jelas dan mematuhinya sehingga bisa maju ke depan dan naik dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi selanjutnya sampai dan memasuki jalan atau tingkat kerohanian, masuk mencapai ma'rifat.

Tingkat ini sangat tinggi dan dipuji oleh Rasulullah s.a.w, 

“Ada suasana yang semua dan segala-galanya berkumpul di sana dan ia adalah ma'rifat yang murni”. 

Untuk sampai ke tingkat ma'rifat tersebut, haruslah dibuang kepura-puraan dan kepalsuan dalam melakukan kebaikan kerana mengharap pujian dari orang lain ( riya ).

Kemudian dia perlu menetapkan tiga tujuan yaitu tiga jenis syurga :

1. Syurga Ma’wa – syurga tempat kediaman yang aman yaitu syurga duniawi.

2. Syurga Na’im – taman keridaan Allah dan karunia-Nya kepada makhluk-Nya. Ini adalah syurga di dalam alam malaikat.

3. Syurga Firdaus – syurga alam tinggi. Ini adalah syurga pada alam kesatuan akal asbab, rumah kediaman bagi roh-roh, medan bagi nama-nama dan sifat-sifat.

Kesemuanya itu adalah balasan yang baik, keelokan Allah yang manusia berjasad akan nikmati dalam usahanya sepanjang tiga tingkat urutan tahap ilmu pengetahuan ; usaha mematuhi aturan syariat; usaha menghapus dan melawan ego diri sendiri untuk mencapai tingkat penyatuan dan kedekatan dengan Pencipta; dan usaha untuk mencapai ma'rifat, di mana dia mengenali Tuhannya.

Tingkat pertama dinamakan syariat, kedua tarekat dan ketiga ma'rifat. 

Nabi Muhammad s.a.w bersabda :

“Ada suasana di mana semua dan segala-galanya dikumpulkan dan ia adalah hikmah kebijaksanaan (ma'rifat)”. 

Baginda s.a.w juga bersabda, 

“Dengannya seseorang mengetahui kebenaran (hakikat), yang berkumpul di dalamnya sebab-sebab dan semua kebaikan. Kemudian seseorang itu mesti bertindak atas kebenaran (hakikat) tersebut. Dia juga perlu mengenali kepalsuan dan bertindak ke atasnya dengan meninggalkan segala yang demikian”. 

Baginda s.a.w mendoakan, 

“Ya Allah, tunjukkan kepada kami yang benar dan jadikan pilihan kami mengikuti yang benar itu. Dan juga tunjukkan kepada kami yang tidak benar dan permudahkan kami meninggalkannya”. 

Orang yang kenal dirinya dan menentang keinginannya yang salah dengan segala kekuatannya akan sampai kepada mengenali Tuhannya dan akan menjadi taat kepada kehendak-Nya. 

Semua ini adalah peraturan umum mengenai diri lahir manusia.

Kemudian ada pula aspek diri rohani atau diri batin manusia yang merupakan insan yang tulen, suci bersih dan murni. Maksud dan tujuan diri ini hanya satu yaitu mendekat secara keseluruhan kepada Allah s.w.t. yaitu dengan pengetahuan tentang yang sebenarnya (hakikat). Di dalam wujud penyatuan mutlak, pengetahuan ini dinamakan kesatuan atau keesaan. 

Tujuan jalan tersebut harus diperoleh di dalam kehidupan ini. Di dalamnya tidak ada beda di antara tidur dengan terjaga kerana di dalam tidur roh berkesempatan membebaskan dirinya untuk kembali kepada asalnya, alam arwah, dan dari sana kembali lagi dengan membawa berita-berita dari alam ghaib. Fenomena ini dinamakan mimpi.

Allah berfirman: 

“Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan yang tidak mati, dalam tidurnya, lalu Dia tahan yang dihukumkan mati atasnya dan Dia lepaskan yang lain”. (Surah Zumaar, ayat 42). 

Nabi s.a.w bersabda:

“Tidur orang alim lebih baik daripada ibadah orang jahil”.

Orang alim adalah orang yang telah memperoleh pengetahuan tentang hakikat atau yang sebenarnya, yang tidak berhuruf, tidak bersuara. Pengetahuan demikian diperoleh dengan terus menerus berzikir nama keesaan Yang Maha Suci dengan lidah rahasia. Orang alim adalah orang yang zat dirinya ditukarkan kepada cahaya suci oleh cahaya keesaan.

Allah berfirman melalui rasul-Nya: 

“Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya. Pengetahuan batin tentang hakikat roh adalah rahasia kepada rahasia-rahasia-Ku. Aku campakkan ke dalam hati hamba-hamba-Ku yang baik-baik dan tidak siapapun tahu Keadaannya kecuali Aku.”

“Aku adalah sebagaimana hamba-Ku mengenali Daku. Bila dia mencari-Ku dan ingat kepada-Ku, Aku besertanya. Jika dia mencari-Ku di dalam, Aku mendapatkannya dengan Zat-Ku. Jika dia ingat dan menyebut-Ku di dalam jemaah yang baik, Aku ingat dan menyebutnya di dalam jemaah yang lebih baik”. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, haruslah melakukan tafakur – cara mendapatkaan pengetahuan yang demikian jarang digunakan oleh orang umur.

Nabi s.a.w bersabda :

“Satu kali bertafakur lebih bernilai daripada satu tahun beribadah”.
“Satu kali bertafakur lebih bernilai daripada tujuh puluh tahun beribadah”.
“Satu kali bertafakur lebih bernilai daripada seribu tahun beribadah”. 

Nilai suatu amalan itu tersembunyi di dalam hakikat pada yang sebenarnya. Perbuatan bertafakur di sini mempunyai nilai yang berbeda. 

Siapapun merenungi suatu perkara dan mencari penyebabnya dia akan mendapat setiap bagian mempunyai bagian-bagian sendiri dan dia juga mendapat setiap satu itu menjadi penyebab pada berbagai perkara lain. Renungan begini bernilai satu tahun ibadah. 

Siapapun merenungi pengabdiannya dan mencari penyebab dan alasan dan dia dapat mengetahui yang demikian, renungannya bernilai lebih dari tujuh puluh tahun ibadah. 

Siapapun merenungkan hikmah kebijaksanaan Ilahi dan ilmu ma'rifat dengan segala kesungguhannya untuk mengenal Allah Yang Maha Tinggi, renungannya bernilai lebih dari seribu tahun ibadah kerana ini adalah ilmu pengetahuan yang sebenarnya. 

Pengetahuan yang sebenarnya adalah suasana keesaan. Orang arif yang mencintai menyatu dengan yang dicintainya. Dari alam kebendaan terbang dengan sayap kerohanian meninggi hingga pada puncak pencapaian. Bagi ahli ibadah berjalan di dalam syurga, sementara orang arif terbang pada kedudukan berdekatan dengan Tuhannya. 

Para pencinta mempunyai mata pada hati mereka 
mereka memandang sementara yang lain terpejam 
sayap yang mereka miliki tanpa daging tanpa darah 
mereka terbang ke arah malaikat Tuhan jualah yang dicari! 

Penerbangan ini terjadi di dalam alam kerohanian orang arif. Para arifbillah mendapat penghormatan dipanggil insan sejati, menjadi kekasih Allah, sahabat-Nya yang akrab, pengantin-Nya.

Bayazid al-Bustami berkata, “Para Pemegang makrifat adalah pengantin Allah Yang Maha Tinggi”. 

Hanya pemilik-pemilik ‘pengantin yang pengasih’ mengenal mereka dengan dekat dan secara mesra.. Orang-orang arif yang menjadi sahabat akrab Allah, walaupun sangat indah, tetapi ditutupi oleh keadaan luar yang sangat sederhana, seperti manusia biasa.

Allah berfirman melalui rasul-Nya: 

“Para sahabat-Ku tersembunyi di bawah kubah-Ku. Tidak ada yang mengenali mereka kecuali Aku”. 

Kubah yang di bawahnya Allah sembunyikan sahabat-sahabat akrab-Nya adalah keadaan mereka yang tidak terkenal, rupa yang biasa saja, sederhana dalam segala hal. Bila melihat pada pengantin yang ditutupi oleh tabir perkawinan, apakah yang dapat dilihat kecuali tabir itu? 

Yahya bin Muadh al-Razi berkata,
“Para kekasih Allah adalah air wangi Allah di dalam dunia. Tetapi hanya orang-orang yang beriman yang benar dan jujur saja yang dapat menciumnya”.

Mereka mencium keharuman baunya lalu mereka mengikuti bau itu. Keharuman itu mengwujudkan kerinduan terhadap Allah dalam hati mereka.

Masing-masing mempunyai cara sendiri mempercepat langkahnya, menambah usaha dan ketaatannya. Derajat kerinduannya, keinginannya dan kecepatan perjalanannya tergantung pada berapa beban yang dibawanya, sejauh mana dia melepaskan diri dari kebendaan dan keduniaannya.

Semakin banyak orang itu menanggalkan pakaian dunia yang kasar ini semakin banyak pula merasakan kehangatan Penciptanya dan semakin dekat kepada permukaan diri rohaninya. Kedekatan dengan yang sebenarnya (hakikat) tergantung pada sejauh mana orang itu melepaskan kebendaan dan keduniaan yang menipu daya. 

Orang yang akrab dengan Allah adalah orang yang telah membawa dirinya pada keadaan kosong. Hanya dengan itu barulah dia dapat melihat wujud yang sebenarnya (hakikat).

Tidak ada lagi kehendak pada dirinya untuk membuat pilihan. Tiada lagi ‘aku’ yang tinggal, kecuali wujud satu-satunya yaitu yang sebenarnya (hakikat).

Walaupun berbagai keramat yang muncul melalui dirinya sebagai bukti kedudukannya, dia tidak terlena dengan semua itu.

Rangkuman Artikel

Derajat Manusia

Allah Yang Maha Tinggi menciptakan roh suci sebagai ciptaan yang paling sempurna, yang pertama diciptakan, di dalam alam wujud mutlak bagi Zat-Nya. Kemudian Dia mengembalikannya kepada ciptaan yang serendah-rendahnya.

Tujuan Dia berbuat demikian ialah untuk  mengajarkan roh suci mencari jalan kembali kepada yang sebenar-benarnya di tahap Maha Kuasa, mencari kedudukannya yang dulu yang dekat dan akrab dengan Allah.

Diturunkan-Nya roh suci pada utusan-utusan-Nya, wali-wali-Nya, kekasih-kekasih dan sahabat-sahabat-Nya. Dalam perjalanannya, Allah mengantarkannya mula-mula pada kedudukan akal penyebab bagi keesaan, bagi roh universal, alam nama-nama dan sifat-sifat Ilahi, alam hakikat pada Muhammad s.a.w.

Roh suci memiliki dan membawa benih kesatuan. Jika melalui alam ini ia dipakaikan cahaya suci dan dinamakan ‘roh sultan’. Jika melalui alam malaikat yang menjadi perantara pada mimpi-mimpi, ia mendapat nama ‘roh perpindahan’. Jika akhirnya ia turun ke dunia kebendaan ini ia dibaluti dengan daging yang Allah ciptakan untuk penyesesuaian makhluk-Nya. Ia dibaluti oleh jirim yang kasar untuk menyelamatkan dunia ini kerana dunia kebendaan jika terhubung secara langsung dengan roh suci maka dunia kebendaan akan terbakar menjadi abu. Dalam hubungannya dengan dunia ini ia dikenali sebagai kehidupan, roh manusia. 

Tujuan penciptaan roh suci ke tempat yang paling rendah ini ialah supaya ia mencari jalan kembali kepada kedudukan asalnya, maqam kedekatan, ketika ia masih di dalam bentuk berdaging dan bertulang ini. Ia sepatutnya datang ke alam benda yang kasar ini, dan dengan melalui hatinya yang berada di dalam mayat ini, menanamkan benih kesatuan dan menunbuhkan pokok keesaan di dalam dunia ini.

Akar pokok masih berada pada tempat asalnya. Dahannya memenuhi ruang kebahagiaan, dan di sana demi keridaan Allah, mengeluarkan buah kesatuan. Kemudian di dalam bumi hati roh itu menanamkan benih agama dan bercita-cita menumbuhkan pokok agama agar diperoleh buahnya, tiap satunya akan menaikkannya pada tingkat yang lebih dekat dengan Allah. 

Allah membuatkan jasad atau tubuh untuk dimasuki oleh roh dan roh ini masing-masing mempunyai nama yang berbeda-beda. Diletakkan-Nya roh manusia, roh kehidupan di antara daging dan darah. Diletakkan-Nya roh suci di tengah-tengah hati, dimana ruang bagi jirim yang sangat indah untuk menyimpan rahasia di antara Allah dengan hamba-Nya.

Roh-roh ini berada pada tempat yang berbeda-beda dalam tubuh, dengan tugas yang berbeda, urusan yang berbeda, masing-masing seumpama pembeli dan penjual barang yang berlainan, mendapat faedah yang berbeda. Perniagaan mereka sentiasa membawa kepada banyak manfaat dalam bentuk nikmat dan rahmat Allah. 

“Dari apa yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terang, (mereka) mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi”. (Surat Fatir, ayat 29). 

Layaklah bagi setiap manusia mengetahui urusannya di dalam alam wujud dirinya sendiri dan memahami tujuannya. Dia harus faham bahwa dia tidak bisa mengelak dari apa yang telah dihukumkan sebagai benar untuknya dan digantungkan dilehernya.  

“Tidaklah (mau) dia ketahui (bagaimana keadaan) apabila dibongkar apa-apa yang di dalam kubur? Dan dilahirkan apa-apa yang di dalam dada?” (Surat ‘Aadiyat, ayat 9).

“Dan tiap-tiap manusia Kami gantungkan (catatan) amalannya pada tengkuknya…” (Surat Bani Israil, ayat 13). 

Rangkuman Artikel

Syi'ir Tanpo Waton

Astaghfirulloh...Robbal baroyaah.... Astaghfirulloh...Minal Khothoyah....
Robbi zithni..'ilmannafii'aa... Wawaffiqni...'Amalaan sholikha....

Ya roshulalloh..salam mun'alaika...
Ya rofi'asyaaniwaddaarojii....
'Athfataiyajii rotal'alaami...
Ya Uuhailaljudiwalkaromi.....2X

Ngawiti ingsun...nglara syi'iran...
Kelawan muji pareng pengeran...
Kang paring rohmat lan kenikmatan...
Rino wengine....tanpo pitungan....2X

Duh bolo konco...prio wanito....
Ojo mung ngaji syare'at bloko....
Gur pinter dongeng nulis lan moco...
Tembe mburine...bakal sangsoro....2X

Akeh kang apal....Qur'an Hadist e...
Seneng Ngafirkeh marang liyane...
Kafir e dewe Ga' di gatekke...
Yen isih kotor...ati akale...2X

Gampang kabujuk...Nafsu angkoro...
Ing pepaese Gebyare ndunyo....
Iri lan meri sugi e tonggo...
Mulo atine...peteng lan Nisto...2X

Ayo sedulur...Jo nglale ake...
Wajib e ngaji sak pranatane...
Nggo ngandelake iman Tauhid e...
Baguse sangu...mulyo matine...2X

Kang aran sholeh...bagus atine...
Kerono mapan sari ilmune...
Laku torekot lan ma'rifate...
Ugo hakekot...manjing rasane...2X

Alqur'an kodhim...wahyu minulyo...
Tanpo tinulis iso diwoco...
Iku wejangan guru waskito...
Den tancep ake ing njero dodo...2X

Kumantel ati...lan pikiran...
Mrasuk ing badan kabeh njeroan...
Mukjizat rosul dadi pedoman...
Minongko dalan...manjing e iman...2X

Kelawan Alloh...Kang maha Suci...
Kuduh rangkulan rino lan wengi...
Di tirakati di riadhoi...
Dzikir lan suluk jo nganti lali...2X

Urip e ayem...rumongso aman...
Dununge roso tondo yen iman...
Sabar nerimo snajan paspasan..
Kabeh tinakdir saking pengeran...2X

Kelawan konco...dulur lan tonggo...
Kang podo rukun ojo daksio...
Iku sunnah e rosul kang mulyo...
Nabi muhammad...panutan kito...2X

Ayo nglakoni...sekabeane...
Alloh kang bakal ngangkat drajate...
Senajan ashor toto dhohire...
Ananging mulyo makom drajat e...2X

Lamun palastro...ing pungkasane...
Ora kesasar roh lan sukmane...
Den gadang Alloh syuargo manggone...
Utuh mayite...ugo ules...2X

Ya roshulalloh..salam mun'alaika...
Ya rofi'asyaaniwaddaarojii....
'Athfataiyajii rotal'alaami...
Ya Uuhailaljudiwalkaromi.....2X

Rankuman Artikel

SYUKUR

Barangsiapa yang tidak bersyukur atas segala nikmat Allah, maka hal tersebut menunjukkan telah hilang pula nikmat-nikmat itu. Dan barangsiapa yang bersyukur atas nikmat itu, maka ia telah mengikatnya dengan tali nikmat tersebut.

Setiap cobaan dan sakit pasti berhubungan dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolakan.
Oleh karena itu, obat dan lenyapnya cobaan itu terletak pada ketidakadaan makhluk dari hati dan tanggapan ketika  ketentuan Allah datang.

Allah Azza wa Jalla telah memberikan berbagai macam nikmat kepada umat manusia berupa hidayah dan berupa rezeki. Nikmat Allah yang paling besar adalah nikmat berupa hidayah, petunjuk kepada kebenaran, nikmat iman dan islam.

Dengan hidayah ini manusia akan dapat mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan kepadanya sehingga adanya nikmat yang berupa rezeki akan selalu disyukuri, dipergunakan untuk menolong orang-orang fakir, untuk berjuang dijalan Allah.

Sebaliknya jika manusia mengabaikan nikmat hidayah yang telah diberikan kepadanya, maka nikmat rezeki yang diberikan kepadanya itu bagaikan siksa bagi dirinya dikarenakan dengan adanya rezeki itu bukan menambah taatnya kepada Allah, justru menambah jauh dari Allah.

“Iman itu ada dua bagian, sebagian berisi sabar dan sebagian berisi syukur.”(Alhadits)

Apabila tidak sabar ketika tertimpa suatu penyakit dan musibah, dan juga tidak bersyukur saat memperoleh kenikmatan, berarti bukan seorang mukmin sejati. Diantara kebenaran islam seseorang terletak pada  kepasrahan jiwanya.

RANGKUMAN ARTIKEL

Rabu, 04 Januari 2017

Ibadah Batin

Lima kali sehari semalam, pada waktu yang telah ditentukan, shalat diwajibkan kepada semua Muslim yang baligh dan sehat.

"Peliharalah semua shalat (mu)  dan  (peliharalah) shalat wusthaa (yang terlebih penting). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu". (Surat al-Baqaraah, ayat 238). 

Shalat menurut peraturan agama (rukun shalat) terdiri dari berdiri, membaca surat Quran, rukuk, sujud, duduk, beberapa bacaan  dibaca dengan bersuara. Gerakan shalat  melibatkan bagian-bagian tubuh, pembacaan diucap dan didengar melibatkan pancaindera, adalah shalat diri lahir.

Kerana tindakan diri lahir ini dilakukan berulang-ulang, di dalam setiap lima waktu sehari, bagian pertama menurut perintah Allah "Dirikan shalat", adalah lebih dari satu.

Bagian kedua perintah Allah "terutama shalat tengah malam" merujuk kepada shalat hati, kerana hati berada di tengah-tengah pada penciptaan/tubuh manusia. Tujuan shalat ini adalah mendapatkan kesejahteraan pada hati.
Hati berada di tengah-tengah, antara kanan dengan kiri, antara depan dengan belakang, antara atas dengan bawah, antara kebaikan dengan keburukan. Hati adalah pusat, titik pengimbang, penengah.

Nabi s.a.w bersabda, "Hati anak Adam berada di antara dua jari Yang Maha Penyayang. Dia balikkan ke arah mana yang Dia kehendaki".

Dua jari Allah adalah sifat kekerasan-Nya yang berkuasa menghukum dan sifat keindahan-Nya dan pengasih-Nya yang memberi rahmat dan nikmat. 

Shalat yang sebenarnya adalah shalat hati. Jika hati lalai dari shalat, shalat lahir tidak akan teratur. Bila ini terjadi kesejahteraan dan kedamaian diri lahir yang diharapkan diperoleh dari shalat lahir itu tidak diperoleh. Sebab itu Nabi s.a.w bersabda,

"Amalan shalat adalah dengan hati yang diam". 

Shalat adalah penyerahan yang dicipta kepada Pencipta. Ia adalah pertemuan di antara hamba dengan Tuannya. Tempat pertemuan itu ialah hati.

Jika hati tertutup, lalai dan mati, maka tidak ada kebaikan yang sampai kepada diri lahir dari shalat yang demikian, kerana hati adalah intipati atau hakikat atau zat bagi jasad, semua yang lain bergantung kepadanya.

Nabi s.a.w bersabda,

"Ada segumpal daging di dalam tubuh manusia, jika ia baik maka baiklah semua anggota tetapi jika ia jahat maka jahat pula anggota. Ketahuilah, itulah hati". 

Shalat yang diperintahkan oleh agama (syariat) dilakukan pada waktu tertentu, lima kali sehari semalam. Sebaiknya dilakukan di dalam masjid secara berjamaah, menghadap ka'abah, mengikuti imam yang tidak munafik dan tidak ria'. 

Waktu untuk shalat batin tidak terikat waktu dan tidak terbatas, bagi kehidupan ini dan juga akhirat. Masjid bagi shalat ini ialah hati. Jamaahnya ialah bakat-bakat kerohanian, yang mengingat dan mengucapkan nama-nama Allah Yang Esa di dalam bahasa alam batin.

Imam shalat ini ialah kehendak yang tidak dapat disekat, arah kiblatnya ialah keesaan Allah, yang ada di mana-mana, dan keabadian-Nya dan keindahan-Nya. 

Hati sejati adalah hati yang bisa melakukan shalat yang demikian. Hati yang seperti ini tidak tidur dan tidak mati. Hati dan roh yang demikian berada di dalam shalat yang berterusan, dan manusia yang memiliki hati yang demikian, dalam terjaga atau tidur, sentiasa berbuat kebaktian.

Shalat batin yang dilakukan oleh hati adalah keseluruhan kehidupannya. Tiada lagi bunyi bacaan, berdiri, rukuk, sujud atau duduk. Pembimbing, imam shalat ini adalah Rasulullah s.a.w sendiri.

Baginda berkata-kata dengan Allah Yang Maha Tinggi, 

"Engkau yang kami sembah dan Engkau jualah yang kami minta pertolongan". (Surat Fatihaah, ayat 4).

Ayat suci ini ditafsirkan sebagai tanda manusia sempurna, yang melewati atau melepas dari menjadi kosong, hilang kepada segala kebendaan, kepada suasana keesaan.

Hati yang sempurna demikian menerima rahmat yang besar dari Ilahi. Satu dari rahmat itu dinyatakan oleh Nabi s.a.w :

"Nabi-nabi dan yang dikasihi Allah meneruskan ibadah mereka di dalam kubur seperti yang mereka lakukan di dalam rumah mereka ketika mereka hidup di dalam dunia".

Dengan kata lain, kehidupan abadi hati meneruskan penyerahan kepada Allah Yang Maha Tinggi. 

Bila shalat tubuh badan dan shalat diri batin berpadu, shalat itu lengkap, sempurna. Pahalanya besar. Ia membawa seseorang secara kerohanian kepada kedekatan dengan Allah, dan secara lahir kepada tingkat yang paling tinggi yang bisa dicapai.

Dalam alam kenyataan mereka menjadi hamba Allah yang taat. Mereka adalah orang arif yang memperoleh ma'rifatullah sejati.

Jika shalat lahir tidak bersatu dengan shalat batin, pahalanya hanyalah pada pangkat atau kedudukan, tidak membawa seseorang dekat dengan Allah. 

Rangkuman Artikel

Selasa, 03 Januari 2017

RANGKUMAN ARTIKEL

01. NASIHAT NABI ADAM AS

02. IKHLAS

03. ILMU MANTIQ

04. 10 WEJANGAN SUNAN KALIJAGA

05. NEPTU HARI DAN PASARAN

06. DO'A MUNAJAT KEPADA ALLAH ( 1 )

07. DO'A MUNAJAT KEPADA ALLAH ( 2 )

08. DO'A MUNAJAT KEPADA ALLAH ( 3 )

09. TABIR CAHAYA DAN KEGELAPAN

10. PENSUCIAN DIRI

11. SUFI 

12. SYARAT UNTUK ZIKIR

13. Permulaan Penciptaan

14. Puasa Syari'at & Hakikat

15. ZIKIR

16. Ibadah Batin

17. Tempat Kembali Manusia

18. SYUKUR

19. Derajat Manusia

20. Syi'ir Tanpo Waton

21. Hakikat Kebahagiaan

22. Lirik Lagu Lir-ilir dan Maknanya

23. SABAR

24. Zuhud Tidak Harus Miskin

25. Pesan Terakhir Rosulullah SAW 

26. Zuhud

27. Tentang Hati dan Dunia

28. Laku Wong Jawa

29. Jiwa Yang Stabil

30. Rahasia Umur Manusia

31. Tuhan Tidak Ada di Surga

32. Hukum Alam

33. Orang Jawa

34. Sufi dan Aktifitas Dunia

35. Cinta Kepada Allah

36. Istri Shalehah wajib Baca dan Amalkan

37. Jalal dan Jamal

38. Pola Pikir

39. Kehidupan

40. Jiwa yang Tenang

41. Golongan Beruntung

42. Tafsir Mimpi

43. Tersurat dan Tersirat

44. Orang Baik

45. Do'a

46. Sholawat

47. Kosong itu isi

48. Janji

49. Bumi

50. Munafik Lebih Bahaya daripada Kafir

51. Ternyata Tuhan Ada 2

52. Sudah Bersihkah Niat Anda

53. Ternyata Seniman Sejati di Dunia adalah ....

Puasa Syari'at & Hakikat

Puasa syariat adalah menahan diri daripada makan, minum dan bersetubuh dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Puasa kerohanian selain yang demikian ditambah lagi memelihara pancaindera dan fikiran dari hal-hal yang keji yaitu  melepaskan semua yang tidak sesuai, zahir dan batin.
Rusak sedikit saja niatnya maka rusak juga puasa rohani.

Puasa syariat terikat dengan waktu, sedangkan puasa rohani terus menerus di dalam kehidupan sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Inilah puasa yang sebenarnya. 

Nabi s.a.w bersabda,

 “Banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”.

Puasa syariat ada waktu berbukanya, sedangkan puasa rohani berjalan terus walaupun matahari sudah terbenam, walaupun mulut sudah merasakan makanan dengan cara menjaga pancaindera dan pemikiran bebas dari kejahatan dan yang menyakitkan orang lain.

Allah telah berjanji,

“Puasa adalah amalan untuk-Ku dan Aku yang membalasnya”.

Mengenai dua jenis puasa itu Nabi s.a.w bersabda, 

“Orang yang berpuasa mendapat dua kesenangan. Pertama bila dia berbuka dan kedua bila dia melihat”.

Orang yang mengenal agama secara lahiriyah mengatakan kesenangan yang pertama itu ialah kesenangan ketika berbuka puasa dan ‘kesenanga apabila mereka melihat’ itu ialah melihat anak bulan Syawal menandakan hari raya.

Orang yang mengetahui makna batin dari puasa mengatakan kesenangan berbuka puasa ialah apabila seseorang yang beriman itu masuk syurga dan menikmati balasan di dalamnya, dan kesukaan yang lebih lagi ialah ‘apabila melihat’, yang bermaksud apabila orang yang beriman melihat Allah dengan mata rahasia hati. 

Dalam puasa hakikat harus bisa menghindarkan hati dari menyembah sesuatu yang selain dari Zat Allah. Ini dilakukan dengan mata hati buta terhadap semua kewujudan, walaupun di dalam alam rahasia di luar dari alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, kerana walaupun Allah menjadikan segala-galanya untuk manusia, Dia jadikan manusia untuk-Nya.

Dia berfirman: 

“Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya”.

Rahasia itu ialah cahaya dari cahaya Allah Yang Maha Suci. Ia adalah pusat atau jantung hati, dijadikan dari sejenis jisim yang amat indah. Ia adalah roh yang mengetahui semua rahasia yang hak. Ia adalah hubungan rahasia di antara yang dicipta dengan Pencipta.
Rahasia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu selain Allah. 

Tidak ada yang berharga untuk diinginkan, tiada yang dikasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, melainkan Allah. Jika satu zarah saja  sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa hakikat.

Seseorang perlu memperbaharuinya, menghadapkan segala kehendak dan niat kembali kepada kecintaan-Nya, di sini dan di akhirat.

Firman Allah, 

“Puasa adalah untuk-Ku dan hanya Aku yang membalasnya”

RANGKUMAN ARTIKEL

Permulaan Penciptaan

Permulaan Penciptaan

Allah Yang Maha Tinggi pada permulaannya menciptakan cahaya Muhammad dari cahaya suci Keindahan-Nya.

Dalam hadis Qudsi Dia berfirman:

“Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya Wajah-Ku”.

Nabi Muhammad s.a.w bersabda:

“Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada permulaannya diciptakan-Nya sebagai ruh suci”.
“Mula-mula Allah ciptakan qalam”.
“Mula-mula Allah ciptakan akal”.

Apa yang dimaksudkan sebagai ciptaan permulaan ialah ciptaan hakikat pada Nabi Muhammad s.a.w, Kebenaran tentang Muhammad yang tersembunyi. Dia juga diberi nama yang indah. Dia dinamakan nur, cahaya suci, kerana dia disucikan dari kegelapan yang tersembunyi di bawah sifat jalal Allah.

Allah Yang Maha Tinggi berfirman:

“Sesungguhnya telah datang kepada kamu dari Allah, cahaya dan kitab yang menerangkan”(Al-Maaidah, ayat 15)

Dia dinamakan akal yang meliputi (akal universal) kerana dia telah melihat dan mengenal segalanya.

Dia dinamakan qalam kerana dia menyebarkan hikmah dan ilmu dan dia mencurahkan ilmu ke dalam huruf-huruf.

Roh Muhammad adalah zat atau hakikat pada segala kejadian, permulaan dan kenyataan alam maya.

Baginda s.a.w menyatakan hal ini dengan sabdanya :

Aku dari Allah dan kalian  dariku”.

Allah Yang Maha Tinggi menciptakan semua roh dari roh baginda s.a.w di dalam alam kejadian yang pertama, dalam bentuk yang paling baik. ‘Muhammad’ adalah nama pada semua manusia di dalam alam arwah. Dia adalah sumber, asal usul dan kediaman bagi sesuatu dan segala-galanya.

Empat ribu tahun setelah diciptakan cahaya Muhammad, Allah ciptakan arasy dari cahaya mata Muhammad. Dia ciptakan makhluk yang lain pada arasy. Kemudian Dia turunkan roh-roh pada tingkat penciptaan yang paling rendah, pada alam kebendaan, alam jirim dan badan.

Kemudian Kami turunkan ia kepada tingkat yang paling rendah”. (Surat Attin, ayat 15)

Dia turunkan cahaya itu dari tempat ia diciptakan, dari alam lahut, yaitu alam kenyataan bagi Zat Allah, bagi keesaan, bagi wujud mutlak, pada alam nama-nama Ilahi, kenyataan sifat-sifat Ilahi, alam bagi akal asbab kepunyaan roh yang meliputi (roh universal).

Di sana Dia pakaikan roh-roh itu dengan pakaian cahaya. Roh-roh ini dinamakan ‘roh pemerintah’. Dengan berpakaian cahaya mereka turun kepada alam malaikat. Di sana mereka dinamakan ‘roh rohani’. Kemudian Dia arahkan mereka turun kepada alam kebendaan, alam jirim, air dan api, tanah dan angin dan mereka menjadi ‘roh manusia’. Kemudian pada dunia ini Dia ciptakan tubuh yang berdaging, berdarah.

Kemudian Kami jadikan kamu dan kepadanya kamu akan dikembalikan dan daripadanya kamu akan dibangkitkan sekali lagi”(Surat Attaha, ayat 55)

Setelah itu Allah memerintahkan roh-roh supaya memasuki badan-badan dan dengan kehendak-Nya mereka pun masuk.

“Maka apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya roh-Ku…”. (Surat Shad, ayat 72)
 
Hingga roh-roh itu terikat dengan badan, dengan darah dan daging dan lupa pada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka lupa ketika Allah ciptakan mereka pada alam arwah Dia telah bertanya kepada mereka:

Adakah aku Tuhan kamu? Mereka telah menjawab : Iya, !.” 

Mereka lupa pada janji mereka. Mereka lupa pada asal usul mereka, juga lupa pada jalan untuk kembali ke tempat asal mereka.

Tetapi Allah Maha Penyayang, Maha Pengampun, sumber pada segala keselamatan dan pertolongan bagi semua hamba-hamba-Nya. Dia mengasihi mereka lalu Dia turunkan kitab-kitab suci dan rasul-rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka tentang asal usul mereka.

“Dan Sesungguhnya Kami telah utus Musa (membawa) ayat-ayat Kami (Kami berkata): hendaklah kamu keluarkan kaum kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan ingatkan mereka kepada hari-hari Allah”. (Surat Ibrahim, ayat 5)

Yaitu ‘ingatkan roh-roh tentang hari-hari di mana mereka tidak terpisah dengan Allah’.

Banyak rasul yang telah datang ke dunia ini, melaksanakan tugas mereka dan kemudian meninggalkan dunia ini. Tujuan semua itu adalah membawa kepada manusia utusan, sebagai peringatan serta menyadarkan manusia dari kelalaian mereka.

Tetapi mereka yang mengingat-Nya, yang kembali kepada-Nya, manusia yang ingin kembali kepada asal usul mereka, menjadi semakin berkurang dan terus berkurang ditelan zaman.

Nabi-nabi terus diutus hingga muncul roh Muhammad yang mulia, yang terakhir di kalangan nabi, yang menyelamatkan manusia dari kehancuran dan kelalaian.

Allah Yang Maha Tinggi mengutusnya untuk membuka  mata manusia yaitu membuka mata hati yang tertidur. Tujuannya ialah menyadarkan manusia dari kelalaian dan ketidaksadaran dan untuk menyatukan mereka dengan keindahan yang abadi, dengan penyebab, dengan Zat Allah.

Allah berfirman:

“Katakan: Inilah jalanku yang aku dan orang-orang yang mengikuti daku kepada Allah dengan pandangan yang jelas (basirah)”(Surat Yusuf, ayat 108).

Ia menyatakan jalan Nabi Muhammad s.a.w. Baginda s.a.w dalam menunjukkan tujuan kita telah bersabda :

“Sahabat-sahabatku adalah seumpama bintang di langit. Siapapun dari mereka yang kamu ikuti, kamu akan temui jalan yang benar”.

Pandangan yang jelas (basirah) datang dari mata kepada roh. Mata ini terbuka di dalam jantung hati orang-orang yang dekat dengan Allah, yang menjadi sahabat Allah.

Semua ilmu di dalam dunia ini tidak akan mendatangkan pandangan dalam (basirah). Orang itu memerlukan pengetahuan yang datang dari alam ghaib tempat tersembunyi pengetahuan yang mengalir dari kesadaran Ilahi. 

“Dan Kami telah  ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi Kami (ilmu laduni)”. (Surat Kahfi, ayat 65).

Apa yang perlu seseorang lakukan ialah mencari orang yang mempunyai pandangan dalam (basirah) yang mata hatinya hidup. Guru yang demikian, yang dapat memupuk pengetahuan orang lain, haruslah seorang yang dekat dengan Allah dan mampu menyaksikan alam mutlak.

Wahai anak-anak Adam, Bangunlah dan bertaubatlah kerana dengan taubat kamu akan memperoleh karuni dan hikmah-Nya. Berusaha dan berjuanglah.

Allah memerintahkan:

“Dan berlomba-lombalah kepada keampunan Tuhanmu dan syurga yang lebarnya (seluas) langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang berbakti. Yang menderma di waktu senang dan susah, dan menahan marah, dan memaafkan manusia, dan Allah mengasihi  mereka yang berbuat kebajikan”(Surat Al-Imraan, ayat 133 & 134).

Masuklah pada jalan itu dan bergabunglah dengan kafilah kerohanian untuk kembali kepada Tuhan kamu. Pada satu masa nanti jalan tersebut tidak dapat dilalui lagi dan pengembara pada jalan tersebut tidak ada lagi.

Kita tidak datang ke bumi ini untuk merusak dunia ini. Kita diturunkan kesini bukan untuk makan, minum dan berak. Roh penghulu kita menyaksikan kita. Baginda s.a.w berdukacita melihat keadaan kita. Baginda  s.a.w telah mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari. 

Baginda s.a.w bersabda :

“Dukacitaku adalah untuk umat yang aku kasihi yang akan datang kemudian”.

Apapun yang datang, secara nyata atau tersembunyi; nyata dalam bentuk peraturan syariat dan tersembunyi dalam bentuk hikmah kebijaksanaan atau ma'rifat, Allah Yang Maha Tinggi memerintahkan supaya mensejahterakan lahir dengan mematuhi peraturan syariat dan meletakkan batin dalam keadaan yang baik dan teratur dengan memperoleh hikmah kebijaksanaan atau ma'rifat.

Bila lahir dan batin menjadi satu dan hikmah kebijaksanaan atau ma'rifat dengan peraturan agama (syariat) bersatu, seseorang itu sampai kepada maqam yang sebenarnya (hakikat).

“Dia alirkan dua laut, padahal kedua-duanya bertemu. Antara dua itu ada dinding yang kedua-duanya tidak mampu melewatinya”. (Surah Al-Imraan, ayat 19 & 20).

Kedua-duanya harus menjadi satu. Kebenaran atau hakikat tidak akan diperoleh dengan hanya menggunakan pengetahuan melalui pancaindera dan ilmu pengetahuan tentang alam kebendaan.

Dengan cara tersebut tidak mungkin mencapai matlamat, sumber, yaitu Zat. Ibadah dan penyembahan memerlukan kedua-duanya yaitu peraturan syariat dan ma'rifat.

Allah berfirman tentang ibadah:

“Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepada-Ku”. (Surat Dzaariyat, ayat 56).

Dengan kata lain,

mereka diciptakan supaya mengenali Daku’.

Jika seseorang tidak mengenali-Nya bagaimana dia bisa memuji-Nya dengan sebenar-benarnya, meminta pertolongan-Nya dan berkhidmat kepada-Nya?

Ma'rifat yang diperlukan untuk mengenali-Nya bisa dicapai dengan menyingkap tabir hitam yang menutupi cermin hati seseorang, menyucikannya sehingga bersih dan mengkilapkannya sehingga bercahaya. Kemudian perbendaharaan keindahan yang tersembunyi akan memancar pada rahasia cermin hati.

Allah Yang Maha Tinggi telah berfirman melalui rasul-Nya:

“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku suka dikenali, lalu Aku ciptakan makhluk supaya Aku dikenali”.

Tujuan suci diciptakan manusia ialah supaya mereka mengenal Allah, memperoleh ma'rifat.

Ada dua tingkat ma'rifat yang suci :

1. Mengenali sifat-sifat Allah dengan dalil-dalil yang menjadi kenyataan atau penzahiran bagi sifat-sifat tersebut.
Di dalam mengenali sifat-sifat Allah manusia secara lahirnya dapat menikmati kedua-duanya yaitu dunia dan akhirat.

2. Mengenali Zat Allah.
Ma'rifat yang menuju kepada Zat Allah tidak diperoleh dengan diri lahir manusia. Ini terjadi di dalam jiwa atau roh suci manusia yang berada di dalam dirinya yang lahir ini.

“Dan Kami telah perkuatkan dia (Isa) dengan roh kudus”. (Sura Al-Baqarah, ayat 87).

Orang yang mengenal Zat Allah memperoleh kuasa ini melalui roh kudus (suci) yang dikurniakan kepada mereka.

Kedua ma'rifat tersebut diperoleh dengan hikmah kebijaksanaan yang mempunyai dua aspek; hikmah kebijaksanaan kerohanian yang di dalam dan pengetahuan lahir tentang benda-benda nyata. Keduanya diperlukan untuk mendapatkaan kebaikan.

Nabi s.a.w bersabda :

“Pengetahuan ada dua bagian. Satu pada lidah yang menjadi dalil tentang kewujudan Allah, satu lagi di dalam hati manusia. Inilah yang diperlukan untuk melaksanakan harapan kita”.

Pada tingkat permulaan seseorang  memerlukan pengetahuan syariat. Ini memerlukan pendidikan yang mengenalkan dalil-dalil luar tentang Zat Allah yang menyata di dalam alam sifat-sifat dan nama-nama ini.

Apabila syariat ini telah sempurna, tibalah giliran pendidikan kerohanian tentang rahasia-rahasia, dimana seseorang itu masuk ke dalam bidang ma'rifat yang murni untuk mengetahui yang sebenarnya (hakikat).

Pada tingkat yang pertama seseorang itu haruslah meninggalkan semua yang dilarang oleh syariat. Perbuatan yang baik harus  dilakukan dengan cara yang betul, sebagaimana keperluan pada jalan sufi.

Keadaan ini bisa dicapai dengan melatih diri dengan melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan ego diri sendiri dan melakukan amalan yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu.

Berhati-hatilah di dalam beramal agar amalan itu dilakukan bukan untuk dipertontonkan atau diperdengarkan kepada orang lain. Semuanya haruslah dilakukan semata-mata kerana Allah, demi mencari keridaan-Nya.

Allah berfirman:

“Barangsiapa berharap menemui Tuhannya, hendaklah dia mengerjakan amal salih dan janganlah dia mempersekutukan sesuatu dengan Allah dalam ibadahnya kepada Tuhannya”(Surat Al- Kahfi, ayat 110).

Ma'rifat adalah permulaan dan merupakan rumah yang setiap orang kembali ke sana. Di sanalah roh suci dijadikan. Apa yang dimaksudkan dengan roh suci adalah roh insan. Ia dijadikan dalam bentuk yang paling baik.

Kebenaran atau hakikat tersebut telah ditanam di tengah-tengah hati sebagai amanah Allah, diamanahkan kepada manusia agar disimpan dengan baik. Ia bangkit dan menyata melalui taubat yang sungguh-sungguh dan berusaha mempelajari agama.

Keindahannya akan memancar ke permukaan apabila seseorang itu mengingat Allah terus menerus, mengulangi kalimat “Laailahaillallah”.
Pada mulanya kalimat ini diucapkan dengan lidah. Bila hati sudah hidup ia diucapkan di dalam, dengan hati.

Sufi menggambarkan keadaan kerohanian yang demikian dengan menganggapnya sebagai bayi, yaitu bayi yang lahir di dalam hati, dibela dan dibesarkan di sana.

Hati memainkan peranan seperti ibu, melahirkannya, menyusui, memberi makan dan memeliharanya. Jika anak-anak diajarkan ilmu keduniaan untuk kebaikannya, bayi hati pun diajarkan ma'rifat rohani.

Seperti anak-anak bersih dari dosa, bayi hati adalah tulen, bebas daripada kelalaian, ego dan ragu-ragu. Kesucian bayi biasanya menjadi nyata dalam bentuk lahir yang cantik.

Dalam mimpi, kesucian dan ketulenan bayi hati muncul dalam rupa malaikat. Manusia berharap mendapat ganjaran syurga sebagai balasan dari perbuatan baik tetapi hadiah-hadiah yang didatangkan dari syurga didatangkan melalui tangan-tangan bayi hati.

“Dalam kebun-kebun kenikmatan…melayani mereka anak-anak muda yang tidak berubah keadaan mereka”. (Surat Al-Waqi’ah, ayat 12 – 17 ).

“Melayani mereka adalah anak-anak muda laksana mutiara yang tersimpan”. (Surat At-Tur, ayat 24).

Mereka adalah anak-anak pada hati, menurut yang diilhamkan kepada sufi, dipanggil anak-anak kerana keelokan dan ketulenan mereka.

Keindahan dan ketulenan mereka menjadi nyata dalam wujud lahir, dalam darah daging, dalam bentuk manusia. Oleh kerana keelokan dan kelembutan sifatnya ia dinamakan anak-anak hati, tetapi dia adalah manusia sejati yang mampu mengubah bentuk kejadian atau ciptaan kerana dia berhubungan erat dengan Pencipta sendiri.

Dia adalah wakil manusia yang sebenar-benarnya. Di dalam kesadarannya tidak ada sesuatu bahkan dia tidak melihat dirinya sebagai sesuatu. Tidak ada hijab, tidak ada halangan antara wujudnya dengan Zat Allah.

Nabi Muhammad s.a.w menggambarkan suasana demikian sebagaimana sabda baginda s.a.w, :

“Ada masa aku dengan Allah dimana tidak ada malaikat yang dekat dan tidak juga nabi yang diutus”.

Maksud ‘nabi’ di sini ialah wujud lahiriah yang sementara dari Rasulullah s.a.w sendiri.

Malaikat yang paling dekat dengan Allah ialah cahaya suci Muhammad s.a.w, (kejadian pertama).

Dalam suasana kerohanian itu baginda s.a.w sangat dekat dengan Allah sehingga wujud lahirnya dan rohnya tidak berhijab dengan Allah.

Baginda s.a.w menggambarkan suasana demikian :

“Ada syurga Allah yang tidak ada mahligai dan taman-taman atau sungai madu dan susu, syurga yang di dalamnya seseorang hanya menyaksikan Wajah Allah Yang Maha Suci”.

Allah s.w.t berfirman:

“Beberapa muka pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya dia memandang”. (Surat Al-Qiamat, ayat 22 & 23).

Pada suasana atau maqam tersebut jika seorang makhluk termasuk malaikat mendekatinya, wujud badannya akan terbakar menjadi abu.

Allah s.w.t berfirman melalui rasul-Nya:

“Jika Aku bukakan penutup sifat keperkasaan-Ku dengan sangat sedikit saja, semua akan terbakar sejauh yang dilihat oleh pandangan-Ku”.

Jibril yang menemani Nabi Muhamamd s.a.w pada malam mi'raj, saat sampai di Sidratul Muntaha, telah mengatakan jika dia melangkah satu langkah saja lagi dia akan terbakar menjadi abu


       RANGKUMAN ARTIKEL

Minggu, 01 Januari 2017

SYARAT UNTUK ZIKIR

Syarat untuk melakukan zikir

Salah satu syarat bagi seseorang untuk berzikir ialah berada di dalam keadaan wuduk; basuh dan bersihkan tubuh badan dan sucikan hati.

Pada peringkat permulaan, agar zikir itu berkesan, perlu diucapka lafad atau ayat yang dijadikan zikir – kalimat tauhid, sifat-sifat Allah.

Saat lafad zikir tersebut diucapkan, usahakan agar  berada di dalam keadaan sadar (tidak lalai). Dengan cara ini hati mendengar ucapan zikir dan diterangi oleh apa yang dizikirkan. Ia menerima energi dan menjadi hidup – bukan saja hidup di dunia ini bahkan juga hidup abadi di akhirat.

Mereka tidak akan merasakan kematian, hanya kematian pertama, dan Dia pelihara mereka dari azab jahanam(Surat Dukhaan, ayat 56).

Nabi s.a.w menceritakan bahawa keadaan orang mukmin yang mencapai yang hak melalui zikir :

“Orang mukmin tidak mati. Mereka hanya meninggalkan hidup yang sementara ini dan pergi kepada kehidupan abadi”.

Dan di sana mereka melakukan apa yang mereka lakukan dalam dunia. Nabi s.a.w bersabda :

“Nabi-nabi dan orang-orang yang dekat dengan Allah terus beribadah di dalam kubur seperti yang mereka lakukan di dalam rumah mereka”.

Ibadah yang dimaksud adalah penyerahan dan merendahkan diri rohani kepada Allah bukan sembahyang yang lima waktu sehari. Tawaduk yang di dalam diri, dengan diam, adalah nilai utama yang menunjukkan iman yang sejati.

Ma'rifat tidak dicapai oleh manusia dengan usaha tetapi ia adalah anugerah dari Allah. Setelah dinaikkan kepada maqam tersebut orang arif menjadi akrab dengan rahasia-rahasia Allah. Allah membawa seseorang kepada rahasia-rahasia-Nya apabila hati orang itu hidup dan sadar dengan zikir atau ingatan kepada-Nya dan jika hati yang sadar itu bersedia menerima yang hak.

Nabi s.a.w bersabda : “Mataku tidur tetapi hatiku terjaga”.

Pentingnya memperoleh ma'rifat dan hakikat diterangkan oleh Nabi s.a.w, :

“Jika seseorang berniat mempelajari dan beramal menurut keinginannya itu tetapi mati sebelum mencapai tujuannya, Allah melantik dua orang malaikat sebagai guru yang mengajarnya ilmu dan ma'rifat sampai ke hari kiamat. Orang itu dibangkitkan dari kuburnya sebagai orang arif yang telah memperoleh hakikat”.

Dua orang malaikat di sini menunjukkan roh Nabi Muhammad s.a.w dengan cahaya cinta yang menghubungkan insan dengan Allah.

Pentingnya niat dan hajat selanjutnya diceritakan oleh Nabi s.a.w :

“Banyak yang berniat belajar tetapi mati ketika masih di dalam kejahilan tetapi mereka bangkit dari kubur pada hari pembalasan sebagai orang arif. Banyak ahli ilmu dibangkitkan pada hari itu dalam keadaan rusak akhlak hilang segalanya dan jahil keseluruhannya”.

Mereka adalah orang-orang yang bermegah-megahan dengan ilmu mereka, yang menuntut ilmu kerana muslihat duniawi dan berbuat dosa.

“Dan (ingatkanlah mereka) hari yang akan dibawa orang-orang kafir ke neraka (dan dikatakan), ‘Kami telah habiskan bagian kamu yang baik di dalam penghidupan dunia. Dan kamu telah bersuka-ria dengannya. Maka pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang keji karena kamu pernah berlaku sombong di dunia secara tidak benar dan karena kamu telah melewati batas”. (Surat Ahqaaf, ayat 20).

Nabi s.a.w bersabda :

Setiap amal bergantung pada niat. Niat dan tujuan orang beriman lebih baik dan bernilai pada pandangan Allah daripada amalannya. Niat orang yang tidak beriman lebih buruk daripada apa yang nyata dengan amalannya”.

Niat adalah dasar/azaz amalan.

“Barangsiapa hendak ke taman akhirat Kami tambah untuknya pada ke tamannya, dan barangsiapa mau ke taman dunia Kami akan beri kepadanya sebagian daripadanya, tetapi tidak ada baginya bagian akhirat”(Surat Syura, ayat 20).

Cara terbaik ialah mencari guru kerohanian yang akan membawa hati menjadi hidup. Ini akan menyelamatkan manusia kelak di akhirat. Ini adalah penting; dan harus dilakukan segera ketika masih hidup.

Dunia ini kebun akhirat. Orang yang tidak menanam di sini tidak bisa menuai di sana. Jadi, bercocok tanamlah di dalam dunia ini dengan benih yang diperlukan untuk kesejahteraan hidup di sini dan juga di akhirat.

       RANGKUMAN ARTIKEL

SUFI

Arti, makna kata SUFI dan penjelasan singkat tentang perilaku, sikap, sifat dan hal lain yang berhubungan dengan kesufian bisa anda lihat dan baca DISINI