Jumat, 03 Maret 2017

Munafik Lebih Bahaya daripada Kafir

TENTANG MUNAFIK
Penulis Zulkarnain M

Kearifan adalah pegangan hidup. Kearifan jangan dipertaruhkan. Kearifan adalah tuntunan dan penasihat diri kita.
Mintalah diperjalankan, agar setiap hidup kita itu atas kehendaknya, supaya diperjalankan. Bukan sak karepe dewe.
Orang tua didatangkan karena ada kegelapan. Peran orang tua untuk menerangi.

Yang bisa menghancurkan dunia itu bukan orang kafir, tapi orang munafik. Kenapa? Karena kafir itu nampak, sedangkan munafik itu tidak nampak.
Munafik itu musuh dalam selimut. Bahkan, orang munafik itu tidak tahu kemunafikannya.
Yang memunculkan kemunafikan kita itu salah satunya adalah kepintaran kita sendiri. Itu yang memacu. Tidak ada orang munafik itu bodoh. Tidak ada. Semakin pintar semakin munafik.
Orang munafik tempatnya di kerak bumi. Dasar neraka. Kemunafikan kita yang menjadikan ego kita.

Kafir itu njobo. Munafik itu njero. Makane angel ngerti wong iku munafik opo ora. Misal: merasa diri sudah baik itu juga munafik.
Kenapa semua nabi mengklaim dirinya dholim, karena untuk menghancurkan sifat" munafik dalam diri.
Setiap nabi mempunyai doa istighfar. Nabi Yunus, Musa, Ibrahim, Adam, Isa, Muhammad.
Di zaman sekarang tidak banyak yang merasa dholim, tapi rumangsane didholimi.

Rumangsa punya apa dimiliki itu juga bagian dari munafik. Itu yang dimiliki punya siapa? Kita itu sejatinya tidak punya apa-apa. Maka aja pelit". Itu tanda tidak mensyukuri. Ia mengingkari syukur. Apa yang dia peroleh rumangsa hasil kerja kerasnya sendiri. Belajarlah mewaspadai sifat" munafik luar, sebab itu pintu. Jujur adalah salah satu antisipasinya. Jangan mengada-ada. Kalau sudah pinter ia akan jago ngeles. Biasakanlah untuk apa adanya. Jangan ada yang ditutup"i apalagi merekayasa.
Kalau tidak bisa melewati pintu luar, dia tidak akan bisa mengerti atau kebuka pintu dalam.

Intelektual lebih berbahaya untuk sifat munafik luar maupun dalam. Orang yang munafik itu tidak mengikuti hidup. Tapi hidup yang disuruh mengikutinya. Karena kekuatannya ada diintelektual. Dia merasa kuat. Merasa bisa dan punya apa".

Kenapa para nabi melakukan istighfar. Para nabi melakukan pengajuan kesalahan. Mohon ampun sama Allah.
Kita memakai ightifar semua para nabi. Kita sudah diberi bacaan istighfar para nabi". Buat pelajaran bagi kita. Bukan hanya dijadiman sekadar kisah. Ada bacaannnya.
Bertingkat di semua sisi. Di sisi kehidupan ada kemunafikan yang mengiringi perjalanan hidup kita. Dia mengikuti hidup kita.
Munafik adalah bayangan kegelapan kita. Selalu mengiringi perjalanan kehidupan kita.
Yang bagus adalah, sisi kegelapan kita tepat di bawah dari sifat manusia kita. Itu bisa terjadi karena adanya cahaya dari diri kita. Jangan jauh" dari cahaya.  Berdirilah tepat di bawah cahaya sinar matahari. Agar bayangan (kegelapan) kita tidak besar. Ia mengecup dan ngumpul di satu titik di bawah telapak kaki kita. Itu hakikat perjuangan petjalanan hidup kita.

Selalu beradalah di bawah sinar matahari. Itu titik terendah bayangan kegelapan kita. Semakin jauh dari cahaya, akan semakin besar bayangan kegelapan kita.
Orang yang berada dalam kegelapan, dia tidak akan menemukan bayangannya sendiri sebab ia sudah menyatu. Kenapa? Karena tidak ada cahaya dalam dirinya. Dia merasa tenang-tenang saja. Gak ana bayangan (kegelapan), yo memang, amergo bayangan ro deknene wes menyatu. Makane uripe merasa ayem" wae.
Padahal tanda orang hidup itu, dia akan selalu resah dengan kemunafikan yang mengikutinya. Dia resah karena diikuti bayangannya sendiri.
Tapi kalau tidak resah, malah enjoy, justru itu yang berbahaya karena dia sudah menyatu dengan kegelapan.

Gelisah itu menandakan ada cahaya dalam kehidupannya. Orang yang nyaman dengan kehidupannya menandakan tidak ada cahaya dalam kehidupannya. Berhenti tariqnya.
Perhatikanlah bayangan kita sendiri daripada bayangan orang lain. Karena bayangan adalah sisi kegelapan kita. Semakin besar bayangan itu tandanya semakin jauh dari cahaya. Hingga ia sudah menyatu dengan bayangannya, menyatu dengan kegelapannya. Kegelapan itu mengikuti dimana ada cahaya. Jika tidak ada bayangan dalam dirinya, justru dipertanyakan dimanakah dia berada? Dalam kegelapanlah?

Istighfar mendekatkan kita ke cahaya. Semakin dekat cahaya, bayangan kita akan semakin mengecil hingga tepat berada di bawah kaki kita. 
Manusia banyak yang tidak memperhatikan bayangan mereka sendiri. Malah banyak yang asyik dengan bayangan orang lain, bahkan tak sedikit yang tidak merasa kalau dirinya sudah menyatu dengan bayangan (kegelapannya) sendiri. ⭐🌙

Rangkuman Artikel

Selasa, 28 Februari 2017

Bumi

Penulis Zulkarnain M
Risalah Al Banaran

TENTANG BUMI

Awal dimulainya penataan di muka bumi yakni pada jaman Nabi Nuh. Saat itu Allah menenggelamkan seluruh daratan dan menggantikannya dengan air. Maka dibuatlah banjir besar di muka bumi. Seluruh kehidupan dilenyapkan kecuali yang patuh kepada Nuh AS. Allah menenggelamkan seluruh daratan tanah di dunia karena saat itu banyak kegelapan. Pada jaman itu banyak yang tidak mengikuti ajakan Nabi Nuh menyembah Allah. Tujuan dilenyapkan seluruh umat saat itu adalah untuk melakukan penataan awal, memulai peradaban baru.

Nuh keturunan Nabi Sys. Nabi Syits adalah penata Nabi Nuh. Ketika Nabi Nuh menerima mandat untuk melakukan penataan baru, maka Allah pun melenyapkan seluruh makhluk yang ada di dunia saat itu. 
Semua peradaban ditenggelamkan, yang tersisa hanya kaumnya nabi nuh. Kita adalah kaum atau keturunannya nabi nuh. Benar jika dikatakan kita adalah anak cucu Adam, sebab Nabi Nuh juga keturunan dari Nabi Adam dari jalur anak Adam yang bernama Syits hingga sampai kepada Nabi Nuh.  Nabi Syits sampai sekarang masih hidup. Ia bertugas menjaga dunia.

Saat jaman Nabi Nuh, tidak ada daratan. Semuanya berupa laut. Semua ditenggelamkan.  Bagaimana proses terjadinya daratan (tanah) setelah banjir besar itu? Saat itulah dimulainya proses penataan awal. Ditandai dengan gravitasi bumi. Gravitasi terjadi untuk keseimbangan.

Dari yang semula berupa lautan, oleh Allah air tersebut diserapkan ke bawah permukaan laut. Sebagian masuk ke bumi. Dalam perut bumi kemudian dikumpulkan sebagian ke kutub utara dan kutub selatan untuk dijadikan es. Terjadinya grativasi itu ditandai dengan menyerapnya air ke bumi dan dipadatkan menjadi tanah dan sebagian dijadikan es.
Maka benar jika dikatakan kalau kutub utara dan kutub selatan mencair, bumi akan tenggelam. Bumi akan dipenuhi oleh air. Air akan naik dan bumi tidak akan ada tanah. Bumi akan kembali menjadi lautan.

Pada jaman Nabi Nuh tidak dikenal atau belum ada istilah kutub utara dan kutub selatan. Penamaan kutub utara dan kutib selatan itu setelah Nabi Nuh.  Dulu bumi suhunya bisa mencapai di atas minus 100 derajat. Hal itu terjadi karena untuk membekukan air menjadi es.

Jika ingin selamat maka bersahabat dengan alam. Tugas kita sebagai khalifah Allah adalah untuk menata bumi, bukan justru melakukan kerusakan di muka bumi.  Bumi yang sedemikian keruhnya telah diperakkan kembali.

Secara maknawiyah, disisihkannya air di kutub utara dan kutub selatan, ada bagian yang tersisa yakni utara dan barat. Itulah bagian yang digunakan untuk manusia dalam bertariq (perjalanan) setelah semua makhluk dilenyapkan pada jaman Nuh (kecuali yang patuh) yang ditandai dengan penataan awal di bumi.

Rabbul masyriqi wal maghribi, Allah tuhan timur dan barat.  Tariq itu diperlukan manusia untuk menjalani laku kehidupan di bumi. 
Sebagaimana yang digambarkan bumi yang berbentuk bulat. Itu tandanya hidup terus berjalan.

Tariqnya manusia dari timur dan barat. 
Hidup itu sederhana sebagaimana berjalan dari timur ke barat.  2/3 bumi itu isinya dalah daratan. Di daratan itulah manusia menapak. Melakukan perjalanan atau tariq. Tapi dalam perjalanan dari barat ke timur itu tentu ada lika-likunya. Ada perjuangan dalam setiap tariqnya.

Gambaran bumi itu seperti tubuh kita, sebagian besar berisi air. Cairan. Dunia itu maknawiyahnya adalah diri kita, jisim kita. Ada kesamaan sebagaimana gambaran bumi dan tubuh kita.  Semisal, jaman dulu tidak ada manusia yang kekurangan cairan. Sama, dulu  bumi juga tidak ada kekeringan sebab hampir seluruhnya berupa lautan.  Namun seiring perjalanannya, kini banyak dijumpai kekeringan.

Hanya manusia yang bisa menjadi khalifah. Bukan jin. Maka belajar menjadi khalifah bagi diri kita sendiri. Belajar menjadi manusia. Belajar mengenali diri agar bisa mengenali Illahi.

Pada hakikatnya manusia iti tidak butuh peraturan. Sebab jika benar" pada maqqom manusia tentu sudah teratur hidupnya, bukan hanya jisimnya saja yang manusia. 
Manusia itu yang menata atau mengatur. Manusia lah yang membuat peraturan. Yang membutuhkan peraturan itu hewan. Yang butuh diatur atau ditata itu hewan. 

Belajar menjadi manusia agar bisa menata. Karena manusia mempunyai segala jenis sifat karenanya disebut makhluk sempurna. Makhluk yang sempurna itu manusia, bukan jisim manusia. 
Pekerjaan yang sifatnya merusak itu bukan manusia. Terlebih membuat kerusakan di muka bumi. Meski jisimnya manusia tapi dalamnya tidak. 🌙⭐

Rangkuman Artikel