Penulis Zulkarnain
Risalah Al Banaran
TENTANG ORANG BAIK
Orang baik itu bertahap:
1. Orang yang bisa membedakan baik dan buruk.
2. Orang yang mau menerima kebaikan dan kebaikan itu bisa menjadikannya baik bagi dirinya. (Belajar. Musti peka. Butuh Tafakur)
3. Orang yang bisa menerima keburukan dan menjadikannya kebaikan bagi dirinya. (Perjuangan sendiri)
Dalam tahap ketiga itu, menjadikan segala sesuatunya menjadi kebaikan bagi dirinya. Meski menerimanya jelek.
Baru bisa naik ke maqqom bagus. Bagus itu sholeh. Orang yang bagus itu yamg sholeh hatinya. Berakhlaq bagus.
Seminggu dua kali kita memotivasi diri sendiri. Sholeh itu bukan atas apa yang kau kerjakan. Orang sholeh itu yang bisa memperlakukan segala sesuatunya dengan baik. Termasuk memperlakukan orang lain.
Orang sholeh itu pasti dalam ilmunya. Seperti lirik dalam Syi'ir Tampil Eaton; "Orang kang sholeh kumpulana."
Jika kau ingin melihat kedalaman ilmu seseorang, lihatlah dari bagaimana dia memperlakukan orang lain. Bukan dari ibadahnya.
Jika tidak ada surga dan neraka apakah manusia mau bersujud? Manusia itu banyak yang mengharap surga dan menolak neraka.
Surga itu pamrih. Tuhan itu tidak ada di surga. Jika masuk surga belum tentu ketemu Tuhan.
Surga adalah sebagian kecil dari nikmat Nya. Jika kita ketemu Tuhan, kita akan menemukan nikmat yang tak terhingga.
Surga bisa dibayangkan karena di Alquran dituliskan. Tapi ketemu Tuhan itu tidak bisa digambarkan dan dibayangkan. Tak bisa dituliskan. Jika ketemu Tuhannya, betapa besar nikmat yang tak terhingga.
Bahasa hati itu yang keluar ketuhanan, kebenaran. Bahasa akal itu yang keluar keduniawian.
Kalam" itu yang membuat kita naik. Fatwa pujangga.
Kesibukan di dunia itu membelenggu. Ia akan menggilas kita. Orang yang bisa keluar dari waktu sudah terbiasa lega. Orang yang terbelenggu waktu adalah yang tidak lega. 🌙⭐
Menjadi orang baik itu bertingkat. Orang baik itu bukan yang tidak pernah salah, tapi ia mengerti akan kesalahannya dan mau berubah menjadi baik.
Baik itu masih di kelas syariat.
Orang yang bisa menerima kebaikan sudah diterima di dalam hatinya. Tidak hanya di sekitar kulit. Banyak org yang tidak bisa menerima kebaikan.
Di manapun dia berada, dia tidak bisa menerima kebaikan.
Kalau pun dia bisa menerima kebaikan, ya hanya di tempat itu, setelah keluar dia tidak menjadi baik tapi kembali ke aslinya. Orang baik yang bisa nitik. Itu kelas baik.
Karena peran kegelapanlah yang menjadikan dan membuat orang menjadi tidak paham. Bagaimana bisa mendapat pemahaman kalau dia gelap?
Yang dibutuhkan adalah butuh pencerahan. Ketika mendapat pencerakan dia baru bisa akan melihat kebaikan dan kebenaran (cahaya).
Jisim yang tidak bergerak akan membantu. Dia akan menjadi bahan bakar. Alangkah celakanya atau ruginya kalau orang yang tidak bisa dipakai dan dia akan menjadi bahan bakar.
Bagaimana bisa mencari obat jika tidak tau penyakitnya?
Bagaimana bisa mencari terang kalau tidak tau gelapnya?
Orang tua yang njagani ada radiusnya. Tadinya menyatu di dalam. Semakin panas dan kobongan, orang tua keluar di pundak, semakin tambah panasnya semakin keluar satu jengkal dari tubuh kita, semakin panas, semakin berjarak satu meter, begitu seterusnya. Sampai bisa berjarak-jarak. Maka jagalah agar jisim kita manut njero. Nurut seng orang tua yang natake. Buatlah dingin jisim kita. Jangan membawa bara api.
Fungsi orang tua yang dimasukkan ke dalam diri kita saja, banyak yang tidak tau, banyak yang tidak memahami.
Orang tua yang dimasukkan kita itulah yang membimbing dan mengarahkan kita.
Abah itu panduan maksudnya adalah agar kita bisa mengikuti orangtua. Ibarat kata Abah itu memberi kita mobil sak buku petunjuknya. Agar kita bisa mengikuti bimbingan orang tua.
Ibarat diberi mobil mewah tapi tidak pernah membuka buku pedoman atau panduannya, ya ia akan kejebak dalam mobil itu sendiri. Hanya untuk gagah gagahan tapi lupa merawat mobil atau tidak bisa cara memakainya. Akhirnya mobilnya rusak dan tidak bisa dipakai.
Abah memberi kita mobil itu sak buku panduan, sak bensine, sak STNK ne, sak BPKB ne. Tapi banyak yang kejebak bentuk mobilnya. Akhirnya rusak.
Kebenaran itu suatu saat akan terungkap, biarkan waktu yang menjawabnya. Seiring berjalannya waktu. Kebenaran itu soal waktu.
Maqqom seseorang itu tergantung dari persepsinya. 🌙⭐