Bismillah...
Didalam Kitab SULUK ABDUL JALIL karya Syeikh Siti Jenar dijelaskan :
RAHASIAH KHIDIR DIDALAM DIRI,
Sayidina Ali bin Abi Talib, berkata :
"Ketahuilah bahwa Khidir berada diantara Lautan ALAM SADAR dan Lautan BAWAH SADAR,yaitu suatu tempat di antara Bahr Al-Ajsam (lautan dzahir yg kasat mata) dan Bahr Al-Ma'na (lautan batin)"
Pernahkah suatu ketika sedang duduk berdzikir, terus antara sadar dan tidak ,seperti mimpi kita melihat berbagai kejadian, kemudian besok lusanya ternyata semua kejadian itu benar-benar terjadi didunia nyata?
itulah sebagian ke-khidiran didalam diri kita,Allah Berfirman dalam surat Al-Kahfi Ayat 60-62:
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada PEMUDA yg mengawalnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun- tahun, Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan DUA LAUTAN dekat BATU itu, mereka lalai akan ikannya, lalu IKAN itu melompat mengambil jalannya ke laut itu."
1. Siapakah PEMUDA yg mengawal Nabi Musa AS?
Itulah simbol dari DZIKIR yg tembus ke alam batin.
Coba perhatikan, ketika Musa bertemu dengan Khidir maka si pemuda itu tidak pernah dibahas lagi oleh Allah dalam ayat qur'an manapun.karena PEMUDA itu ibarat kendaraan Dzikir yg mengantarkan sampai batas pertemuan dua lautan dzahir dan batin.
Dzikir itu ibarat PINTU atau kendaraan , jika sudah sampai ke rumah yang dituju, tentulan pintu atau kendaraan itu tidak akan dibawa ke dalam rumah.
2. Apakah IKAN yang dibawa dalam keranjang?
Ikan itu simbol kesadaran, maka ketika ikan itu jatuh dari keranjang dan masuk ke lautan artinya kita sudah masuk ke lautan bawah sadar.
3. Apakah BATU yang menjadi tanda pertemuan dua lautan itu?
Itulah KALBU, yang ibarat BATU bahkan lebih keras lagi.
Yang harus dihancurkan dg kekuatan Dzikir sehingga tembus ke dimensi alam lain.
Didalam Kitab SULUK ABDUL JALIL
Karya Syeikh Hasan Ali Al'Husaeni Lemah Brit dijelaskan bahwa :
Inilah wilayah ILMU LADUNI,
Sebenarnya ilmu Laduni ini menggunakan bahasa Cahaya, Yaitu Cahaya Ilahi yang TERBIT diantara batas Lorong lautan kesadaraan dan lautan bawah sadar.
Bahasa cahaya inilah yg menimbulkan Firasat yg kuat dan penyaksian MUKASYAFAH
"Laa raiba fiihi hudan lil muttaqiin (Q.S. Al-Baqarah:2).
Siapakah KHIDIR? Dialah Sang Mursyid sejati didalam diri...!
Musa itulah simbol dari diri kita yg selalu mengandalkan kepintaran otak, Maka Berjalanlah dengan DZIKRULLAH yg ijasah silsilah Thariqat dzikirnya tersambung ke Rasulullah SAW,
Dzikir itulah simbol PEMUDA yang mengantarkan Musa yaitu seorang MURSYID YANG DZAHIR yang akan mengantarkan kita ke batas pertemuan dua lautan, selami lautan diri, tanggalkan keangkuhan yang MERASA PINTAR, mari kita belajar PINTAR MERASA.
Sehingga kita bertemu dengan MURSYID YANG BATIN yaitu simbol dari KHIDIR didalam diri kita sendiri yg akan mempertontonkan segala hakikat rahasiah yang akan terjadi ,sejak awal sampai akhir..dari yang dzahir maupun yang batin.,,dipertontokan di alam mukasyafah diri. Antara-sadar dan tidak...
Barakallahu fiikum Aamiin.
Kidung Sunan Maulana Malik Ibrahim :
Nabi Musa ngaku luhur tanpa guru, Angamungkên nyaring tulis, ngandêlakên Torat-ipun, den nyana wes anguwisi, tan weruh lamun maksih adoh.sejati urip lan dzikrullah,Meh kêlantur ing pratingkah esmu puguh, gya binêndhon ing Hyang Widdhi, nulya kinen anggêguru, nggêguru talkin dzikir maring Mursyid Nabi Khidir, kang kari anut mangkono,Thariqat dzikir lan olah marifat sedurung winara.
Artinya :
Nabi Musa mengaku dirinya mendapat keluhuran tanpa guru, hanya bersandarkan pada tulisan dan kepintaran otaknya,hanya berguru pada kitab mengandalkan Taurat-nya, dikiranya sudah sampai pada puncak, tidak tahu bahwa itu masih jauh dari tujuan (ilmu marifat Kesejatian),karena untuk masuk kepada kemarifatan hidup harus ditempuh melalui pintu dzikrullah
Hampir saja keangkuhannya mewarnai tingkah lakunya, segera mendapat murka Alloh SWT, lantas Alloh SWT menyuruhnya berguru dan talkin dzikir pada seorang Guru Mursyid yaitu berguru kepada Nabi Khidhir,dan (Nabi Musa)-pun menjalani olah bathin dan latihan dzikir kemarifatan.
Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar