ILMULLAH
Ilmu Allah sangat luas dibanding ilmu makhluk-Nya. Manusia tidak sanggup untuk menuliskannya, meskipun dengan tinta dari 7 lautan dan pena dari semua pepohonan yang ada, sedangkan ilmu makhluk-Nya sangat terbatas.
Allah adalah sumber segala ilmu. Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Menciptakan yang telah tiada, sekarang ada, akan ada. Allah tidak pernah berhenti dalam mencipta.
Ada anggapan bahwa Allah menciptakan alam ini dalam 6 hari (Ahad – Jum’at) dan beristirahat pada hari Sabtu, anggapan ini tidak benar. Kalau berhenti mencipta, hancurlah alam semesta ini.
Allah Maha Mengetahui yang abstrak (ghoib), nyata (syahadah), apa yang di daratan dan di lautan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula).
Berkat rahmat-Nya, Allah membagi sedikit ilmu-Nya kepada makhlukNya, termasuk manusia. Pemberian ilmu ini menggunakan dua jalur (jalan) yaitu :
1. Jalur khusus (cepat) disebut juga jalur resmi.
2. Jalur umum ( lambat ) disebut jalur tidak resmi.
Hanya orang-orang khusus yang menerima Ilmu yang diberikan oleh Allah melalui jalur resmi berupa WAHYU.
Wahyu sendiri secara bahasa berarti bisikan, membisikkan, membisikkan Ilham (ilham, petunjuk, dan bimbingan).
Tidak berarti bahwa pihak-pihak yang mendapatkan wahyu ini lantas disebut Nabi atau Rasul. Kalau otomatis nabi berarti ada nabi dari setan, lebah, langit, bumi, wanita.
Termasuk pemberitahuan akan karunia dan petunjuk yang Allah berikan kepada Maryam saat melahirkan melalui malaikat dalam bentuk seorang laki-laki, bukan berarti Maryam itu Nabi.
Atau dua malaikat yang datang kepada Nabi Ibrahim dan bercakap-cakap termasuk dengan Sarah, bukan berarti Sarah juga Nabi.
Sedangkan makna WAHYU secara istilah, itulah yang diberikan kepada RASUL.
Cara-cara wahyu turun:
1. Allah berkata-kata langsung (khusus kepada Nabi Musa dan Nabi Muhammad ketika Mi’raj)
2. Melalui tabir melalui malaikat.
3. Cara lainnya adalah melalui mimpi.
Jadi sampainya kepada manusia melalui UTUSAN yang ditunjuk oleh Allah SWT.
Ilmu Allah diberikan juga melalui jalur umum atau jalur tidak resmi, yakni berupa ilham. Ilmu ini tidak melalui perantara para Rasul Allah atau Nabi Allah, tetapi ditanamkan langsung oleh Allah, tentu dibawa oleh malaikat Jibril kepada yang bersangkutan.
Jadi sampainya ilmu kepada manusia secara umum itu bersifat LANGSUNG, kecerdesan berpikir mampu mengerti dengan terang dan sanggup pula memberikan pengertian kepada orang lain dengan terang pula.
Perhatikanlah bagaimana kecerdasan manusia itu berbeda-beda, meskipun satu ibu-bapak. Siapa yang memberikan kecerdasan lebih pada orang tertentu dan kurang pada orang yang lainnya pada suatu bidang? Bukan karena orang tua atau guru atau sekolah. Tapi Allah yang memberikannya.
Semua manusia pada hakikatnya cerdas, hanya saja berbeda-beda bidang kecerdasannya. Bahkan binatang pun diberikan kecerdasan semisal berang-berang yang mampu membuat bendungan yang manusia baru mampu membangunnya pada abad ke-20.
Wahyu yang berikan kepada Rasul disebut pula AYAT QAULIYAH (Firman Allah). Ayat-ayat qauliyah ini ada yang dalam bentuk lembaran-lembaran (shuhuf) dan ada pula yang berupa kitab.
Sedangkan ilham yang diberikan kepada manusia berupa ayat kauniyah, tentang fenomena alam atau sunnatullah di alam semesta.
Melalui tiga potensi yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia (pendengaran, penglihatan dan hati), manusia mampu memahami apa yang terjadi di alam, merumuskan dalam suatu ilmu pengetahuan, diaplikasikan menjadi teknologi yang berguna.
Allah terus memberikan ilham sehingga penemuan demi penemuan terus berlangsung. Alam terlalu luas untuk dikaji oleh manusia, sehingga kesempatan untuk menemukan hal baru selalu terbuka lebar.
Antara Ayat Qauliah dan Ayat Kauniyah memiliki hubungan yang sangat erat. Ayat Qauliyah memberikan ISYARAT tentang Ayat Kauniyah, berbagai jenis barang tambang, besi yang berasal dari luar bumi yang sangat berguna bagi kehidupan, gunung-gunung yang berjalan seperti jalannya awan, ilmu embriologi (ada 3 tahapan perkembangan janin), adanya siklus terjadinya hujan, yang melalui tiga tahapan dan hujannya pun memiliki ukuran.
Ayat Kauniyah memberikan BUKTI atau mengkonfirmasi kebenaran Ayat Qauliyah. Berbagai penemuan ilmiah menjadi bukti kebenaran Al-Qur’an.
Apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an memiliki tingkat kebenaran yang mutlak. Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya. Allah menjamin akan keaslian Al-Qur’an sampai hari kiamat.
Bukti kebenaran Al-Qur’an adalah tidak ada kontradiksi antara satu ayat dan ayat yang lain. Tidak ada yang mampu membuat yang serupa dengan al-Qur’an atau serupa dengan 10 surat dalam al-Qur’an atau salah satu suratnya saja.
Sedangkan kebenaran yang dicapai oleh penggalian melalui ayat-ayat kauniyah adalah kebenaran yang bersifat empiris, sesuai dengan pengalaman atau eksperimen.
Rumusan teori atau penemuan selalu berkembang. Selalu saja ada sisi-sisi tertentu yang belum digali oleh manusia, sehingga memunculkan penemuan baru. Penemuan demi penemuan menyempurnakan teori yang ada atau membatalkannya.
Karena Ayat Qauliyah kebenarannya bersifat mutlak, maka berhak menjadi PEDOMAN HIDUP manusia. Agama yang diridhoi oleh Allah adalah Islam, siapa mencari agama selain Islam tidak akan diterima dan di akhirat akan merugi.
Al-Qur’an bersama As-Sunnah telah merinci berbagai pedoman dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya, manusia dengan makhluk hidup lainnya, manusia dengan alam semesta.
Sedangkan berbagai ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan manusia dari ayat-ayat kauniyah, dijadikan sebagai sarana hidup manusia.
Hidup manusia makin mudah dengan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan karena berbagai sarana hidup ditemukan. Apa yang terjadi di belahan dunia lain, akan segera diketahui bahkan langsung diketahui oleh belahan lainnya. Kecepatan dalam transportasi antar kota, negara, bahkan benua.
Jangan memposisikan keduanya secara terbalik:
Ayat Qauliyah menjadi sarana hidupnya dan Ayat Kauniyah menjadi pedoman hidupnya, menjual ayat dengan harga yang murah. Seperti perilaku Yahudi yang menuhankan materi. Kalau yang terjadi seperti ini, maka dunia akan rusak.
Mempermainkan agama Eksploitasi alam tanpa batas. Dekadensi moral Kerusakan yang ditimbulkan sebenarnya lebih dahsyat (kehancuran total, tak bersisa).
Hanya dengan memposisikan secara benar antara Ayat Qauliyah sebagai pedoman hidup dan Ayat Kauniyah sebagai sarana hidup, manusia akan mencapai kesempurnaan.
Saat memanfaatkan karunia Allah di alam semesta ini di samping sesuai dengan ilmu pengetahuan juga dilandasi moral Al-Qur’an, hidup penuh berkah, hidup yang baik di dunia dan di akhirat, serta selamat dari siksa api neraka
Sumber : Insho Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar