Jumat, 20 Januari 2017

Jiwa Yang Stabil

Kamis, 16 Desember 2016
Risalah Al Banaran
Penulis : Zulkarnain M

Jiwa yang tenang meski bergejolak tetap tenang. Stabil. Hidup bergejolak itu malah sejatinya bagus. Tenang selain jiwanya adalah ketenangan yang semu. 
Sholat menimbulkan tenang, karena yang dicari adalah ketenangan. 
Harta membuat banyak orang merasa tenang karena apa-apa bisa terbeli. Tapi itu semu. Supaya apa, agar tidak melakukan tariq hidup. 
Janji Tuhan tenang itu surga. Ketenangan di dunia. Galau itu tanda ingin Tariq. Galau itu tantangan.

Bersyukur diberi kegaualauan. Karena mencari. Hidup itu pertanyaan sekaligus jawaban. Hidup mencari Tariq. Biar mendapatkan jawaban. 
Kalau hidupmu hidup akan timbul pertanyaan. Tapi kalau hidupnya tidak ada pertanyaan itu itu justru berbahaya, tidak ada Tariq. Tidak galau dan gejolak.
Pertanyaan jawaban tekan. Tariq lagi. Pertanyaan lagi, jawaban lagi.

Bertahap untuk bisa lepas dari cengkeraman akal. Puncaknya mata dan telinga tertutup. 
Yang terberat ngaji dengan orang yang isinya memberi doktrin tapi tidak diberi nglaras. Hidupnya tidak ada pertanyaan. Ketutup dengan doktrin.

Galau itu muncul dari perenungan. Seringlah merenung akan muncul pertanyaan. 
Galaulah melihat sekitarmu. Munculnya dari empati. 
Syariat tarekat hakikat makrifat. 
Para wali diterjunkan di alam hakikat. Setelah itu muncul kegalauan baru muncul pertanyaan.

Ayatul alam. Ayat alam. Iqra. Untuk bisa iqra butuh ketenangan dan kejernihan diri untuk bisa membaca setiap kejadian yang terjadi pada kita. ⭐🌙

Rangkuman Artikel

Tidak ada komentar: