Penulis Zulkarnain M
Risalah Al Banaran
TENTANG BUMI
Awal dimulainya penataan di muka bumi yakni pada jaman Nabi Nuh. Saat itu Allah menenggelamkan seluruh daratan dan menggantikannya dengan air. Maka dibuatlah banjir besar di muka bumi. Seluruh kehidupan dilenyapkan kecuali yang patuh kepada Nuh AS. Allah menenggelamkan seluruh daratan tanah di dunia karena saat itu banyak kegelapan. Pada jaman itu banyak yang tidak mengikuti ajakan Nabi Nuh menyembah Allah. Tujuan dilenyapkan seluruh umat saat itu adalah untuk melakukan penataan awal, memulai peradaban baru.
Nuh keturunan Nabi Sys. Nabi Syits adalah penata Nabi Nuh. Ketika Nabi Nuh menerima mandat untuk melakukan penataan baru, maka Allah pun melenyapkan seluruh makhluk yang ada di dunia saat itu.
Semua peradaban ditenggelamkan, yang tersisa hanya kaumnya nabi nuh. Kita adalah kaum atau keturunannya nabi nuh. Benar jika dikatakan kita adalah anak cucu Adam, sebab Nabi Nuh juga keturunan dari Nabi Adam dari jalur anak Adam yang bernama Syits hingga sampai kepada Nabi Nuh. Nabi Syits sampai sekarang masih hidup. Ia bertugas menjaga dunia.
Saat jaman Nabi Nuh, tidak ada daratan. Semuanya berupa laut. Semua ditenggelamkan. Bagaimana proses terjadinya daratan (tanah) setelah banjir besar itu? Saat itulah dimulainya proses penataan awal. Ditandai dengan gravitasi bumi. Gravitasi terjadi untuk keseimbangan.
Dari yang semula berupa lautan, oleh Allah air tersebut diserapkan ke bawah permukaan laut. Sebagian masuk ke bumi. Dalam perut bumi kemudian dikumpulkan sebagian ke kutub utara dan kutub selatan untuk dijadikan es. Terjadinya grativasi itu ditandai dengan menyerapnya air ke bumi dan dipadatkan menjadi tanah dan sebagian dijadikan es.
Maka benar jika dikatakan kalau kutub utara dan kutub selatan mencair, bumi akan tenggelam. Bumi akan dipenuhi oleh air. Air akan naik dan bumi tidak akan ada tanah. Bumi akan kembali menjadi lautan.
Pada jaman Nabi Nuh tidak dikenal atau belum ada istilah kutub utara dan kutub selatan. Penamaan kutub utara dan kutib selatan itu setelah Nabi Nuh. Dulu bumi suhunya bisa mencapai di atas minus 100 derajat. Hal itu terjadi karena untuk membekukan air menjadi es.
Jika ingin selamat maka bersahabat dengan alam. Tugas kita sebagai khalifah Allah adalah untuk menata bumi, bukan justru melakukan kerusakan di muka bumi. Bumi yang sedemikian keruhnya telah diperakkan kembali.
Secara maknawiyah, disisihkannya air di kutub utara dan kutub selatan, ada bagian yang tersisa yakni utara dan barat. Itulah bagian yang digunakan untuk manusia dalam bertariq (perjalanan) setelah semua makhluk dilenyapkan pada jaman Nuh (kecuali yang patuh) yang ditandai dengan penataan awal di bumi.
Rabbul masyriqi wal maghribi, Allah tuhan timur dan barat. Tariq itu diperlukan manusia untuk menjalani laku kehidupan di bumi.
Sebagaimana yang digambarkan bumi yang berbentuk bulat. Itu tandanya hidup terus berjalan.
Tariqnya manusia dari timur dan barat.
Hidup itu sederhana sebagaimana berjalan dari timur ke barat. 2/3 bumi itu isinya dalah daratan. Di daratan itulah manusia menapak. Melakukan perjalanan atau tariq. Tapi dalam perjalanan dari barat ke timur itu tentu ada lika-likunya. Ada perjuangan dalam setiap tariqnya.
Gambaran bumi itu seperti tubuh kita, sebagian besar berisi air. Cairan. Dunia itu maknawiyahnya adalah diri kita, jisim kita. Ada kesamaan sebagaimana gambaran bumi dan tubuh kita. Semisal, jaman dulu tidak ada manusia yang kekurangan cairan. Sama, dulu bumi juga tidak ada kekeringan sebab hampir seluruhnya berupa lautan. Namun seiring perjalanannya, kini banyak dijumpai kekeringan.
Hanya manusia yang bisa menjadi khalifah. Bukan jin. Maka belajar menjadi khalifah bagi diri kita sendiri. Belajar menjadi manusia. Belajar mengenali diri agar bisa mengenali Illahi.
Pada hakikatnya manusia iti tidak butuh peraturan. Sebab jika benar" pada maqqom manusia tentu sudah teratur hidupnya, bukan hanya jisimnya saja yang manusia.
Manusia itu yang menata atau mengatur. Manusia lah yang membuat peraturan. Yang membutuhkan peraturan itu hewan. Yang butuh diatur atau ditata itu hewan.
Belajar menjadi manusia agar bisa menata. Karena manusia mempunyai segala jenis sifat karenanya disebut makhluk sempurna. Makhluk yang sempurna itu manusia, bukan jisim manusia.
Pekerjaan yang sifatnya merusak itu bukan manusia. Terlebih membuat kerusakan di muka bumi. Meski jisimnya manusia tapi dalamnya tidak. 🌙⭐
Tidak ada komentar:
Posting Komentar