Barangsiapa yang tidak bersyukur atas segala nikmat Allah, maka hal tersebut menunjukkan telah hilang pula nikmat-nikmat itu. Dan barangsiapa yang bersyukur atas nikmat itu, maka ia telah mengikatnya dengan tali nikmat tersebut.
Setiap cobaan dan sakit pasti berhubungan dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolakan.
Oleh karena itu, obat dan lenyapnya cobaan itu terletak pada ketidakadaan makhluk dari hati dan tanggapan ketika ketentuan Allah datang.
Allah Azza wa Jalla telah memberikan berbagai macam nikmat kepada umat manusia berupa hidayah dan berupa rezeki. Nikmat Allah yang paling besar adalah nikmat berupa hidayah, petunjuk kepada kebenaran, nikmat iman dan islam.
Dengan hidayah ini manusia akan dapat mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan kepadanya sehingga adanya nikmat yang berupa rezeki akan selalu disyukuri, dipergunakan untuk menolong orang-orang fakir, untuk berjuang dijalan Allah.
Sebaliknya jika manusia mengabaikan nikmat hidayah yang telah diberikan kepadanya, maka nikmat rezeki yang diberikan kepadanya itu bagaikan siksa bagi dirinya dikarenakan dengan adanya rezeki itu bukan menambah taatnya kepada Allah, justru menambah jauh dari Allah.
“Iman itu ada dua bagian, sebagian berisi sabar dan sebagian berisi syukur.”(Alhadits)
Apabila tidak sabar ketika tertimpa suatu penyakit dan musibah, dan juga tidak bersyukur saat memperoleh kenikmatan, berarti bukan seorang mukmin sejati. Diantara kebenaran islam seseorang terletak pada kepasrahan jiwanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar