Kalau orang sedang mencintai sesuatu, biasanya ia selalu ingat kepada sesuatu yang dicintainya itu. Di mana saja dan kapan saja, yang diingat-ingat “itu” saja. Perhatiannya terkuras kepadanya. Rasanya manis kalau menyebut namanya. Rasanya ingin selalu menceritakannya kepada siapapun. Surat yang datang darinya berkali-kali ia baca tanpa merasakan bosan. Ia akan berlama-lama bersamanya, baik dengan bertemu langsung atau berbicara via telepon atau chating atau sms. Bila ada panggilan darinya dengan sigap dan cepat ia akan menyambutnya.
Begitu pula semestinya bila kita mencintai Allah. Lidahnya selalu basah dengan dzikir kepadaNya. Makin banyak menyebutNya, makin berkembang cinta kita kepadaNya. Apalagi, Allah menilai banyak mengingatNya itu bagian dari ibadah yang akan mendapat pahala dan jalan menuju kesuksesan, perintah Allah agar memperbanyak dzikrullah :
"dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung"
orang munafik sedikit sekali dzikirnya
Orang yang cinta biasanya selalu mengungkapkan rasa kekagumannya. Menceritakan yang baik-baiknya saja dan melupakan keburukan-keburukannya. Pokoknya, di matanya dialah yang paling top
Ia akan mencari kekurangan yang lain dalam rangka mengukuhkan kehebatan yang dicintainya. Sedikit saja ada cela di yang lain, nampak demikian besar. Ibarat semut di seberang lautan nampak, tapi gajah di pelupuk mata tak tampak.
Bagaimana dengan kekaguman kita kepada Allah? Allah tidak memiliki cela sedikit pun, subhanallah… Tidak ada yang lebih hebat dariNya, Allahu akbar! Semua kehebatan Allah itu tertuang dalam asma wa shifat Allah
Tapi kenapa kita kurang mengaguminya?
Ketika orang melihat lukisan “Monalisa”, luar biasa terkagum-kagumnya. Ketika melihat menara Eiffel, terkagum-kagumlah kita. Ketika melihat robot yang dapat berjalan dan melayani manusia layaknya manusia, terkagum-kagumlah kita. Akhirnya manusia menentukan 7 keajaiban dunia. Tapi kenapa manusia lupa akan kehebatan Pencipta manusia yang dapat melahirkan kreasi yang dikagumi itu? Tidakkah kita mengagumi bagaimana Allah menciptakan manusia? Alam yang teratur?
"Subhanallah!" Itulah yang akan keluar dari mulut orang yang beriman, yang mencintai Allah, ketika melihat alam ini :
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (36:36)
Karena cinta, maka apa saja yang diperbuat oleh kekasihnya akan diterima dengan penuh lapang dada. Ia menyerahkan segala pilihan kepada kekasihnya, seakan ia tidak memiliki pilihan. Ia senang sekali apabila diberi hadiah oleh kekasihnya, meskipun hadiahnya remeh temeh; ia tidak mencelanya. Apabila dimintai tolong, ia menyambutnya dengan penuh suka cita.
Kalau kita mencintai Allah, tentulah kita ridho
terhadap apa yang diperbuat Allah terhadap diri kita, terhadap alam ini, dan yang diminta oleh dari kita. Ketentuan (takdir) Allah terhadap diri kita mesti diterima dengan ridho
Bukan malah protes dan menuduh Allah tidak adil dan zhalim! Orang-orang munafik dan musyrik su’uzh-zhann terhadap Allah. Menuduh Allah dalam hukumNya. Menyangka Rasul dan para sahabat akan terbunuh semuanya
Akan merasakan manisnya iman siapa yang ridho Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul (HR. Muslim)
“ Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi,” kecuali wajib bagi Allah meridhoinya Tidak ada seorang Muslim atau manusia atau hamba yang mengatakan pada waktu petang dan pagi, ‘Aku ridho pada hari kiamat.” (HR Ibnu Majah)
Orang yang cinta akan rela berkorban apa saja demi kekasihnya. Harta. Pikiran. Waktu. Perasaan. Bahkan nyawa pun rela dikorbankan demi cintanya. Pengorbanannya pun bukan karena terpaksa, tapi karena cinta, penuh suka cita. Makin diminta untuk berkorban sesuatu, makin senang hatinya, karena dengan demikian dapat menyenangkan sang kekasih.
Cerita pengorbanan dalam cinta adalah cerita yang menakjubkan. Oleh karena itu, tidak habis-habisnya cerita seperti ini ditulis sampai sekarang. Cinta Nabi Ibrahim AS kepada Allah pun sampai ke tingkat mengorbankan anaknya, yang selanjutnya diganti dengan domba Habil. Cinta para sahabat kepada Allah dan RasulNya dibuktikan dengan pengorbanan mereka di jalan Allah. Anas bin An-Nadhar yang tidak ikut Perang Badar, maka ia bertekad untuk ikut di perang selanjutnya. Ia syahid dengan 80 luka tusukan pedang, hingga tidak ada yang mengenalinya kecuali oleh saudara perempuannya yang mengenalinya dari jari-jarinya. Berkenaan dengan ini turun surat 33:23
Ada perasaan takut kalau ditinggal kekasihnya. Itulah cinta. Ketakutan inilah yang membuatnya menjaga diri dari apa-apa yang tidak disukai oleh sang kekasih. Menjaga lisannya dari mengatakan sesuatu yang dapat menyakitinya. Hati-hati dalam berbuat kepadanya atau melayaninya. Ia akan berbuat yang terbaik.
Kenapa orang melakukan apa saja untuk kekasihnya? Karena ia mengharapkan balasan cinta darinya. Segala pujian ia sampaikan kepadanya karena memiliki harapan ini. Untaian puisi indah pun keluar tiba-tiba karena cintanya.
Sifat orang-orang beriman mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan rahmatNya dan takutakan siksaNya. Ia akan beribadah kepada Allah tanpa syirik dengan apapun. Ia beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Perbedaan antara perjuangan orang beriman dan orang kafir hanyalah pada masalah harapan (pahala) dari Allah yang tidak diharapkan oleh orang kafir, sedangkan mereka sama-sama terluka. Orang yang dapat meneladani Rasul adalah orang mengharapkan hari akhirat dan banyak berdzikir. Apa yang diperintahkan oleh kekasihnya tidak akan ditolak, ia akan menurut saja. Kalaupun keinginan sang kekasih ditulis dalam kertas yang lecek, tulisannya jelek, kurang terbaca pun akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat membacanya, memahaminya, dan menghormati kertas lecek itu kemudian melaksanakan keinginan sang kekasih dengan sebaik-baiknya. Bahkan perintah yang musykil pun akan dituruti (apalagi kekasihnya lagi ngidam?)
Taat karena cinta akan berbeda dengan taat karena terpaksa. Apa yang kita rasakan ketika melaksanakan perintah Allah? Masih berat? Apa senang hati? Ini masalah cinta.
Semua tanda-tanda cinta itu akan terlihat jelas apabila seseorang memiliki rasa cinta:
cinta kepada Allah ataupun kepada selain Allah. Hanya saja, cinta kepada selain Allah belum tentu berbalas (bertepuk sebelah tangan), sedangkan cinta kepada Allah pasti berbalas. Generasi pengganti pun ciri-cirinya
“Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah” (5:54)
Karena cinta, maka apa saja yang diperbuat oleh kekasihnya akan diterima dengan penuh lapang dada. Ia menyerahkan segala pilihan kepada kekasihnya, seakan ia tidak memiliki pilihan. Ia senang sekali apabila diberi hadiah oleh kekasihnya, meskipun hadiahnya remeh temeh; ia tidak mencelanya. Apabila dimintai tolong, ia menyambutnya dengan penuh suka cita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar